Tag: Bapakbapak

Bapak-bapak! Perut Buncit di Usia 40-an Berisiko Tinggi Picu Alzheimer


Jakarta

Sebuah studi baru menunjukkan pria yang berperut buncit berisiko tinggi mengidap Alzheimer. Peradangan dari lemak perut disebut terkait dengan tahap awal penyakit Alzheimer.

Dalam penelitian yang dipresentasikan pada Radiological Society of North America, peneliti menyebut lemak perut atau lemak visceral (visceral fat) bisa terakumulasi di sekitar organ bahkan pada orang dengan BMI sehat, berpotensi menyebabkan perubahan pada otak beberapa dekade sebelum gejala penurunan kognitif terlihat. Lemak visceral ini berkaitan dengan peradangan sistemik dan tingkat insulin yang lebih tinggi yang keduanya dianggap terlibat dalam perkembangan Alzheimer

“Kita perlu beralih dari konsep tradisional tentang lemak tubuh, seperti BMI, dan benar-benar melihat secara spesifik bagaimana lemak didistribusikan untuk memahami risiko kesehatannya,” kata penulis senior studi tersebut, Dr Cyrus Raji, ahli neuroradiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis. dikutip dari CNN.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi tersebut menemukan individu berusia 40-an dan 50-an dengan jumlah lemak perut tersembunyi memiliki jumlah protein abnormal atau amiloid lebih tinggi di bagian otak paling awal terjadinya Alzheimer.

“Ada juga perbedaan jenis kelamin, di mana laki-laki memiliki hubungan yang lebih tinggi antara lemak perut dan amiloid dibandingkan perempuan,” kata Raji.

“Alasan pentingnya hal ini adalah karena pria memiliki lebih banyak lemak visceral dibandingkan wanita.”

Studi ini juga menemukan hubungan antara lemak perut bagian dalam dan atrofi otak, atau berkurangnya materi abu-abu, di bagian pusat memori otak yang disebut hipokampus. Materi abu-abu otak berisi sebagian besar sel otak yang memberi tahu tubuh apa yang harus dilakukan. Materi putih terdiri dari serat, biasanya didistribusikan ke dalam kumpulan yang disebut saluran, yang membentuk hubungan antara sel-sel otak dan seluruh sistem saraf.

“Kami juga menemukan bahwa individu dengan jumlah lemak visceral yang lebih tinggi cenderung mengalami lebih banyak peradangan pada jalur materi putih yang tersebar luas di otak,” kata penulis utama Dr. Mahsa Dolatshahi, peneliti pascadoktoral di Washington University School of Medicine.

Simak Video “Apakah Perut Buncit jadi Sarang Penyakit?
[Gambas:Video 20detik]
(kna/vyp)

Bapak-bapak Mendadak Lemah Syahwat dan Kurang Bergairah? Mungkin Sedang Stres


Jakarta

Selain fisik, kesehatan mental merupakan salah satu aspek yang harus senantiasa dipelihara. Sebab, mental yang tertekan dapat memicu gangguan kesehatan pada tubuh.

Bahkan, gangguan psikiatrik seperti stres bisa membuat seseorang mengalami disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah masalah seksual yang ditandai dengan penis tak bisa ereksi meski sudah mendapatkan rangsangan.

Psikiater dr Gina Anindyajati, SpKJ, mengungkapkan tingkat stres memang memainkan peran penting terhadap fungsi seksualitas seseorang. Pada pria, stres berlebihan bisa membuat organ vital sulit mengalami ereksi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saat orang itu berada dalam tekanan, maka memang ada stress circuit yang teraktivasi. Dan salah satu hormon yang dihasilkan itu hormon kortisol. Hormon kortisol ini akan dikirimkan ke seluruh tubuh sebagai sinyal bagi organ-organ seluruh tubuh untuk bersiap-siap, saat ini kita lagi menghadapi situasi tekanan nih, jadi energi harus di reserve, harus disimpan,” jelasnya dalam konferensi pers, Jumat (22/9/2023).

“Caranya bagaimana? Pembuluh darah yang tadinya longgar, semua akan menegang. Sementara, di area genital pria itu isinya pembuluh darah semua, pembuluh darah kecil-kecil. Nah, pembuluh darah yang kecil-kecil ini dia tertutup karena stres itu tadi, sehingga aliran darah tidak bisa mengalir ke sana (penis),” ujarnya lagi.

Namun, sebelum mengganggu fungsi secara organik, sambung dr Gina, hormon kortisol sebenarnya sudah lebih dulu memengaruhi cara seseorang mempersepsikan apa yang ada di sekitarnya.

“Kortisol ini akan memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan keadaan di sekitarnya. Hal yang tadi dipersepsikan sebagai sesuatu yang menyenangkan, akan turun intensitasnya. Sehingga boro-boro untuk ereksi, hasrat atau keinginan seksualnya saja mungkin bisa tidak timbul,” terangnya.

Karena itu, ia menegaskan penting untuk mencari tahu kemungkinan gangguan psikiatri pada pasien yang mengalami gangguan fungsi seksualitas.

“Salah satu manifestasi fisik gangguan-gangguan ini adalah masalah seksual. Bisa berupa gangguan pada libidonya, atau gangguan pada performa seksualnya. Karena itu memang pada saat psikiater berhadapan dengan pasien yang punya keluhan seksual, yang pertama harus dicari adalah ada nggak gangguan psikiatri yang mendasari,” pungkasnya.

Simak Video “Mutasi Gen Buat Wanita Ini Tak Rasakan Sakit dan Stres
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)