Tag: Cegah

Cegah Bau Mulut Saat Traveling, Simak Nih Tipsnya!

JakartaTanpa disadari bau mulut ternyata bisa terjadi saat melakukan perjalanan jauh, seperti traveling. Hal ini tentunya bisa mengganggu aktivitas dan kenyamanan orang lain. Penasaran kenapa traveling bisa menyebabkan bau mulut?

Salah satu penyebab bau mulut adalah perut kosong saat melakukan perjalanan. Jika dalam waktu yang lama mulut tak mengunyah makanan dan minum, maka produksi air liur di rongga mulut mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan mulut kering dan memunculkan bau mulut.

Penyebab bau mulut lainnya bisa terjadi karena tidak rutin menjaga kesehatan mulut. Apalagi perjalanan jauh seperti traveling bisa mengabaikan kesehatan mulut demi mengejar waktu.

Selain itu, penyebab bau mulut pun bisa terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi makanan manis selama perjalanan dan tidak tercukupinya kebutuhan air minum.

Nah, jika Anda tidak ingin mengalami bau mulut yang tidak sedap dan mengganggu perjalanan, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya.

1. Mencukupi Kebutuhan Air Minum

Pastikan untuk menyiapkan air minum . Minum banyak air bisa membantu membersihkan partikel makanan dan bakteri yang terkumpul di mulut dengan baik. Dengan begitu, bau mulut bisa terhindari.

2. Menghindari Mengonsumsi Makanan dan Minuman Manis

Makanan dan minuman manis membuat bakteri di mulut berinteraksi dengan gula dan meninggalkan asam yang berbahaya bagi kesehatan mulut dan gigi. Karena itu, hindari makanan dan minuman manis agar kesehatan gigi tetap terjaga dan bau mulut tidak dirasakan.

3. Kunyah Permen Karet

Mengunyah permen karet atau permen mint bisa membantu membersihkan gigi dan meningkatkan jumlah saliva (air liur) di mulut, sehingga bisa membersihkan plak dan sisa makanan yang menempel.

4. Hindari Makanan dengan Aroma yang Menyengat

Misalnya makanan yang mengandung bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah. Sebab beberapa bahan makanan ini dapat meninggalkan bau yang tidak sedap di mulut. Sebagai gantinya, konsumsi makanan yang tinggi kadar airnya agar dapat membersihkan sisa-sisa makanan dan bakteri.

5. Tetap Membawa Alat Kebersihan Gigi dan Mulut

Agar lebih praktis, Anda bisa membawa alat kebersihan yang khusus untuk bepergian. Salah satunya obat kumur Total Care Mouthwash.

Obat kumur satu ini mengandung formula CPC, Xylitol, dan 99% Natural Antibacterial. Kandungan tersebut dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut dari bakteri dan kuman penyebab bau mulut yang tidak sedap, terutama saat melakukan perjalanan jauh.

Agar mendapatkan hasil yang optimal, simak cara berkumur yang baik dan benar menggunakan Total Care Mouthwash berikut ini:

  1. Tuangkan obat kumur secukupnya (sesuai dengan takaran yang ada di kemasan) ke dalam mulut.
  2. Berkumur selama 30 detik untuk membersihkan sisa makanan dan kotoran yang menempel di sela gigi, lidah, dan langit-langit mulut.
  3. Jangan ditelan, langsung buang cairan mouthwash yang sudah digunakan.

Selama Anda traveling, usahakan untuk menyempatkan membersihkan mulut dan gigi dengan cara menggosok gigi atau berkumur saat berada di rest area. Namun, jika Anda menggunakan transportasi umum seperti kereta atau pesawat, gunakan toilet yang tersedia sebagai tempat untuk membersihkan mulut dan gigi.

Agar lebih efisien, Anda juga bisa menyiapkan alat kebersihan dalam tas kecil, yang bisa dimasukkan ke dalam tas jinjing, sehingga Anda tidak perlu repot untuk mencarinya.

adv_TOTALCAREMOUTHWASHDok. Total Care Mouthwash

Nah, agar perjalanan Anda menjadi lebih nyaman, menyenangkan, dan bebas bau mulut yang tidak sedap, pastikan untuk selalu membawa Total Care Mouthwash. Total Care Mouthwash juga hadir dalam kemasan ukuran 100 ml sehingga lebih praktis saat traveling.

Produk ini bisa didapat dengan mudah di supermarket, minimarket terdekat atau secara online hanya di Tempo Store Official ya!

(adv/adv)

Cegah Pneumonia Untuk Jalani Hidup Berkualitas Dengan Orang Tersayang

Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru.

Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas

Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.
Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari mulutnya dengan menggunakan masker.

Penyebab Pneumonia
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit.

Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:

1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum
Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati.

Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara lain:

•    Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.
•    Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
•    Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
•    Virus.

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit
Beberapa orang dapat terkena gangguan pada paru-paru ini saat dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik.
Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu penyakit. Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan
Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang dirawat di fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal. Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Faktor Risiko Pneumonia

Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena pneumonia, seperti:

•    Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.
•    Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
•    Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
•    Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
•    Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
•    Merokok.
•    Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian pengobatan kemoterapi.

Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

•    Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
•    Batuk berdahak.
•    Mudah lelah.
•    Demam dan menggigil.
•    Mual dan muntah.
•    Sesak napas.
•    Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
•    Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami hipotermia.

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
Diagnosis Pneumonia

Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah dialami, termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, dokter akan mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan adalah:

•    Tes darah.
•    Rontgen dada.
•    Oksimetri nadi.
•    Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:

•    Tes gas darah arteri.
•    Bronkoskopi.
•    CT Scan.
•    Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto rontgen dada. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengobatan Pneumonia
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

•    Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
•    Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.

Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

•    Berusia >65 tahun.
•    Mengalami gangguan kesadaran.
•    Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
•    Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
•    Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
•    Suhu tubuh di bawah normal.
•    Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.
 
Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang mungkin bisa terjadi yaitu:

•    Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah.
•    Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat serius.
 

Pencegahan Pneumonia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:

•    Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya pneumonia. Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang penyakit ini semakin kecil. Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di

bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan jenis yang berbeda. Perlu juga untuk memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.

•    Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan ini dengan mencuci tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
•    Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi infeksi pernapasan.
•    Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur, serta mengonsumsi makanan sehat.
 
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia.
NHS. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Pneumonia.

Review : dr. Jeffery Malachi Candra, Sp. PD, FINASIM