Tag: COVID

COVID RI Naik saat Varian ‘Eris’ EG.5 Mulai Dominan, Ini Gejalanya


Jakarta

Kasus COVID-19 di Indonesia kembali naik, disebut-sebut berkaitan dengan penyebaran varian Eris EG.5 yang juga memicu kenaikan di Singapura. Dokter paru menyebut, ada kemungkinan kenaikan kasus kali ini disebabkan antibodi masyarakat yang menurun sejak suntikan terakhir vaksin COVID-19. Seperti apa gejala yang dialami pasien COVID di RI?

Melihat situasi di Indonesia kali ini, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus spesialis paru RS Persahabatan dr Erlina Burhan, SpP(K) menyebut gejala yang ditimbulkan oleh subvarian Omicron yang telah merebak sebelumnya, yakni BA.4 dan BA.5 pun hampir serupa.

“Terutama Omicron BA.4 dan BA.5 selain hidung meler, juga nyeri tenggorok. Gejala nyeri otot, nyeri badan, nggak enak badan adalah gejala umum. Hampir sama semua COVID itu terjadi. Jadi gejalanya nggak terlalu berbeda, mirip-mirip saja,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (8/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Erlina juga menjelaskan, secara teori, tingkat proteksi yang diberikan vaksin COVID-19 kepada tubuh masyarakat memang menurun dalam waktu hitungan bulan. Walhasil, penting untuk masyarakat terutama lansia dan pengidap komorbid mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 booster.

“Seiring waktu daya tahan tubuh atau titer antibodi kekebalan COVID-19 yang dihasilkan vaksin mulai declining, berkurang terutama setelah bulan ke-6 sampai ke-12,” jelas dr Erlina.

“Ada kemungkinan bahwa titer antibodi juga menurun karena sudah lama kita divaksin. Sudah lebih dari enam bulan dan secara teori harusnya (antibodi) menurun,” ujarnya lebih lanjut dalam kesempatan tersebut. Sebab menurutnya, EG.5 sebenarnya sudah ditemukan di Indonesia sejak Juli. Namun saat itu, kasus COVID-19 tak meningkat meskipun varian ini telah ditemukan.

Simak Video “Ini yang Jadi Biang Kerok Covid-19 RI Naik Lagi Menurut IDI
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Ini yang Dikhawatirkan Pakar soal Disease X, Disebut 20 Kali Lebih Parah dari COVID


Jakarta

Belum kelar dengan ancaman COVID-19, kini dunia tengah dihebohkan dengan kabar Disease X, disebut-sebut yang saat ini sedang ‘OTW’ alias dalam perjalanan. Praktisi kesehatan di Inggris menyebut, Disease X yang berisiko menjadi pandemi baru ini akan memicu kematian yang jauh lebih besar dari COVID, bahkan setidaknya mencapai 50 juta kasus di dunia.

Adapun ‘Disease X’ merujuk pada istilah yang sebelumnya didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat itu mereka memperingatkan, Disease X mempunyai kemampuan mengakibatkan kematian 20 kali lebih besar dibandingkan COVID-19, yang mulai pada 2020 dan telah merenggut nyawa lebih dari 2,5 juta orang di dunia.

“Pandemi flu pada tahun 1918-19 menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia, dua kali lebih banyak dari jumlah korban tewas pada Perang Dunia I. Saat ini, kita bisa memperkirakan jumlah kematian serupa yang disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak virus yang sudah ada. ada,” kata pakar vaksin Dame Kate Bingham kepada Daily Mail, dikutip dari Livermint.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun para ilmuwan telah mengidentifikasi 25 keluarga virus yang mencakup ribuan virus individual, Dame berpandangan bahwa masih ada jutaan virus yang belum ditemukan. Virus-virus tersebutlah yang berpotensi berkembang menjadi pandemi.

“Dalam arti tertentu, kita beruntung dengan adanya COVID-19, meskipun faktanya penyakit ini menyebabkan 20 juta atau lebih kematian di seluruh dunia. Intinya adalah sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini berhasil pulih,” ucapnya.

“Bayangkan Disease X sama menularnya dengan campak dengan tingkat kematian akibat Ebola 67 persen. Di suatu tempat di dunia, penyakit ini akan menyebar, dan cepat atau lambat, seseorang akan mulai merasa sakit,” imbuhnya lagi.

Meningkatnya wabah, menurut Dame, disebabkan oleh meningkatnya tren semakin banyaknya orang yang berkumpul di daerah perkotaan. Dia juga menekankan bahwa perusakan jutaan hektar habitat alami setiap tahunnya berkontribusi terhadap peningkatan ini.

“Alasan ini sangat penting, karena sekitar tiga perempat penyakit menular yang muncul berasal dari hewan dan kemudian berpindah dari satu spesies ke spesies lain hingga, dalam keadaan tertentu, dapat menginfeksi manusia,” kata Dame.

Mengenai vaksin untuk Disease X, saat ini belum ada yang disetujui. Namun demikian, Dame menggarisbawahi pentingnya para ilmuwan saat ini tengah mengembangkan kumpulan prototipe vaksin yang berbeda untuk setiap keluarga virus yang mengancam.

Dia menekankan bahwa hanya langkah awal dalam pemberian vaksin yang dapat membantu menargetkan ciri-ciri spesifik Disease X.

Simak Video “Serba-serbi Disease X, Penyakit yang Diwanti-wanti WHO
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)