Tag: Diabetes

Kata Ahli Jiwa soal Anxiety, Diidap Panji Petualang gegara Diabetes


Jakarta

Belakangan ramai soal pengakuan Panji Petualang soal kondisi kesehatannya. Ia mengaku tengah mengidap anxiety atau gangguan kecemasan berlebih.

Kondisi ini dipicu ketakutannya akan kematian usai didiagnosis mengidap diabetes. Ia juga sampai berkonsultasi ke psikiater untuk mendapatkan penanganan soal kondisinya itu hingga membuat tubuhnya kurus.

“Jadi kemarin ke psikiater juga karena aku punya anxiety juga, kecemasan yang berlebihan. Kata dokter ada faktor kurus bukan dari diabet, tapi pikiran,” kata Panji Petualang ditemui di Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.

Menanggapi ini, psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ, menjelaskan ansietas atau anxiety itu merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan munculnya beberapa gejala pada perasaan, seperti muncul kecemasan, kekhawatiran, kegelisahan, ketidaktenangan.

Namun kondisi itu juga bisa memunculkan gejala pada kondisi fisik dan perilaku.

“Gejala fisik yang muncul pada ansietas itu adalah misalnya asam lambung naik
sehingga mual, muntah, perutnya terasa kembung, diare, atau jantung berdebar lebih kencang, napas terasa pendek, kepala terasa tidak nyaman, kulit gatal kemerahan,” jelas dr Lahargo pada detikcom, Minggu (20/8/2023).

“Dan juga ada gejala perilaku seperti sulit tidur, pola makan dan tidur yang terganggu, gelisah, tidak tenang, ada perilaku yang berulang-ulang. Semua kumpulan gejala-gejala itu, yang disebut namanya gangguan ansietas,” lanjutnya.

Benarkah Anxiety Bikin Badan Kurus?

dr Lahargo menjelaskan gangguan fisik akibat anxiety juga kerap disebut sebagai gangguan psikosomatik. Ini terjadi saat adanya keluhan pada fisik dan pikiran.

Menurutnya, kondisi ini yang menyebabkan naik dan turunnya berat badan hingga gangguan fisik lainnya.

“Nah, gangguan anxietas ini juga bisa menyebabkan munculnya atau bertambah beratnya, hingga gangguan-gangguan fisik yang lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, sakit jantung, dan lainnya,” kata dr Lahargo.

“Karena di otak penderita gangguan ansietas itu keluar sebuah hormon yang namanya hormon kortisol, yang menyebabkan organ tubuh bekerja ekstra,
yang tentunya akan membuat munculnya gangguan-gangguan fisik dan berkurangnya
kalori, dan memperberat apabila seseorang punya diabetes melitus atau kencing manis,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa kesehatan fisik dan jiwa sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Maka dari itu, dr Lahargo menyarankan agar pasien mendapat penanganan secara holistik.

Simak Video “Studi China: Banyak Makan Gorengan Bisa Terkait dengan Depresi
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Panji Petualang Makin Kurus Idap Diabetes, Kondisinya Diperparah Gigitan Ular?


Jakarta

Kondisi terbaru Panji Petualang belakangan disorot. Tubuhnya nampak semakin kurus usai lebih dari lima bulan mengidap diabetes.

Panji menyebut diabetes yang diidapnya juga berawal dari faktor genetik ayahnya. Ditambah lagi, Panji Petualang mengaku memiliki pola makan yang buruk hingga kadar gula darah naik mendekati angka 300.

“Pola makan saya sempat nggak bener akhirnya gula darah saya naik dan bikin badan drop. Akhirnya sering lemas, berat badan drastis turun, sekarang lagi juga mulai terapi,” ucap Panji dalam tayangan di kanal Youtube-nya.

Panji menyadari kondisi tubuhnya semakin mudah drop, akibat diabetes. Namun, ia merasa hal ini juga dipengaruhi oleh efek dari gigitan ular.

“Cuman kemarin imun drop pas kena gigitan ular. Langsung di situ, drastis banget karena kena diabetes, imun saya rontok juga karena bisa king kobra sampai tangan melepuh tapi alhamdulillah Allah jaga saya,” pungkasnya.

Benarkah Berkaitan?

Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno SpPD menyebut sebetulnya racun ular tidak berkaitan dengan kondisi diabetes.

“Dari jurnal yang saya baca tidak saya temukan hubungan racun ular dan penyebab diabetes. Diabetes sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi pada kasus Panji saya pikir berat badan turun bukan karena racun ular tetap karena diabetes melitus yang dialaminya,” ucap dr Aru saat dihubungi detikcom, Rabu (9/8/2023).

Begitu pula dengan dugaan imunitas semakin menurun berdampak pada penurunan berat badan pasien diabetes, dr Aru menyebut tidak ada keterkaitan di antara keduanya. Jika imunitas menurun, yang berisiko dialami pasien adalah terkena infeksi bakteri, virus, hingga jamur.

“Apakah racun ular memperburuk diabetes? Secara literatur tidak disebutkan. Racun ular hanya bertahan sebentar di dalam tubuh, setelah diberikan antinya, maka akan dibuang oleh tubuh,” pungkasnya.

Simak Video “Waspada Diabetes pada Anak
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Kasus Diabetes Anak Naik 10 Tahun Terakhir, Pakar: Jumlahnya Bisa Lebih Tinggi


Jakarta

Dalam waktu 10 tahun terakhir, prevalensi diabetes melitus tipe 1 di Indonesia melonjak tujuh kali lipat, dari semula 3,88 per 100 juta penduduk di 2000, menjadi 28,19 per 100 juta penduduk di 2013. Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA memperkirakan jumlahnya jauh lebih tinggi, terlebih selama ini banyak pasien anak tidak terdiagnosis diabetes.

“Hidup dengan DMT1 tidaklah mudah dan memerlukan lebih dari sekadar dukungan medis. Pengelolaan DMT1 yang tepat memerlukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri dan pemahaman yang komprehensif tentang kondisi tersebut,” terang Changing Diabetes in Children (CDiC) Lead untuk Indonesia tersebut, melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Sabtu (22/7/2023).

Angka tersebut menurutnya dilaporkan di tengah keterbatasan pengelolaan kasus diabetes melitus tipe 1 di Indonesia. Karenanya, Prof Aman menyoroti perlunya pendampingan yang baik pada pasien, utamanya mereka yang sudah berada di fase kronis.

“Masih ada keterbatasan dalam pengelolaan DMT1 di Indonesia, tetapi tidak boleh ada seorang anak pun meninggal akibat diabetes (no child should die from diabetes). Oleh karena itu, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien maupun caregiver adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi akut dan kronis,” pesan dia.

Terpisah, Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono sebelumnya sempat mengungkap ‘biang kerok’ di balik angka diabetes terus meningkat. Bahkan, perkiraan prevalensinya secara umum menyentuh 12 persen di 2023.

Ada dua faktor yakni genetik dan non genetik atau lingkungan. Faktor genetik menurutnya tidak bisa dihindari lantaran beriringan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk.

“Sehingga kemungkinan diabetes karena model perkawinan yang membawa gen diabetes itu muncul,” ucap Dante.

Sementara faktor non-genetik penyebab diabetes, seperti kebiasaan, lifestyle yang buruk, maupun pola hidup menurut Dante, juga berkontribusi dengan angka tren peningkatan diabetes di Indonesia.

“Kita sudah melakukan intervensi terhadap beberapa hal yang meningkat seperti diabetes tersebut, mungkin angkanya akan jauh lebih tinggi lagi kalau kita tidak melakukan intervensi. Tetapi yang kita tidak bisa hindari adalah faktor genetik. Nah ini penting, untuk kanker juga begitu,” pungkasnya.

Simak Video “Waspada Diabetes pada Anak
[Gambas:Video 20detik]
(naf/suc)