Penyelenggaraan upaya kesehatan ibu dan anak menjadi perhatian khusus dalam kesehatan masyarakat. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk dilakukan pemantauan sebagai salah satu indikator yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. salah satu target SDG’s (Sustainable Development Goals) agenda 2030 yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Neonatal yaitu 12 per 1000 kelahiran hidup (Target RPJMN 2010-2014 : 24 per 1000 Kelahiran Hidup) dan menurunkan Angka Kematian Balita yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup.
Kematian Ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental. Sedangkan Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu per 100.000 Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah kematian neonatal per 1000 Kelahiran Hidup.
Jumlah Kematian Ibu di Kota Malang tahun 2021 yaitu 41 kasus. Penyebab kematian ibu tersebut didominasi penyakit Covid-19 sejumlah 31 kasus, Preeklampsia/ Eklampsia sejumlah 4 kasus, sedangkan penyebab lain yaitu perdarahan, jantung, pneumonia, tuberkulosis. Jumlah Kematian Neonatal tahun 2021 yaitu 52 kasus dengan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu BBLR 14 kasus, asfiksia sejumlah 13 kasus, sepsis sejumlah 2 kasus, kelainan kongenital sejumlah 7 kasus, diare serjumlah 1 kasus, kelainan saluran cerna 1 kasus, kelainan syaraf 1 kasus, lainnya sejumlah 12 kasus.
Data Dinas Kesehatan Kota Malang Tahun 2021 juga menyebutkan bahwa terdapat 3.927 orang ibu hamil risiko tinggi dari 11.214 orang ibu hamil yang ditemukan. Sedangkan jumlah kematian ibu tahun 2022 hingga bulan Juni terdapat 6 kasus. Hal ini tentunya memerlukan pemantauan ekstra agar ibu hamil risiko tinggi tersebut tidak jatuh pada kondisi komplikasi yang dapat membahayakan Ibu dan Bayi. Dinas Kesehatan Kota Malang berupaya agar dapat menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Dinas Kesehatan Kota Malang melalui Sub Substansi Kesehatan Keluarga dan Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat melaksanakan kegiatan pertemuan sosialisasi pendampingan ibu hamil risiko tinggi yang diselenggarakan di Hotel Grand Mercure Tanggal 22 Juni 2022 lalu. Peserta kegiatan terdiri dari bidan koordinator Puskesmad dan kader pendamping ibu hamil risiko tinggi yaitu sejumlah 230 orang dari 16 wilayah kerja Puskesmas di Kota Malang. Pertemuan tersebut dilakukan guna meningkatkan kapasitas tentang deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil oleh masyarakat, meningkatkan peran lintas sektor dalam upaya pelaksanaan rujukan dini berencana, serta meningkatkan rujukan dini berencana pada ibu hamil risiko tinggi. Kegiatan sosisalisasi dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr. Husnul Muarif, MM. Narasumber dalam kegiatan sosialisasi oleh Dinas Kesehatan Kota Malang dan PERSAGI yaitu membahas tentang teknis pelaksanaan pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader, nutrisi pada kehamilan risiko tinggi, serta teknis administrasi pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader.
Kota Malang mendapatkan Dana Bantuan Keuangan Provinsi Jatim untuk pendampingan ibu hamil risiko tinggi. Hal ini merupakan wujud dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mendukung upaya penurunan AKI dan AKB di Kota Malang. Pendampingan tersebut bertujuan agar ibu hamil risiko tinggi lebih paham dan peduli terhadap keadaan kehamilannya. Proses pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader yaitu ibu akan mendapatkan edukasi terkait kehamilan, gizi dan perawatan bayi, serta motivasi dalam perencanaan persiapan persalinannya. Pendampingan ibu hamil risiko tinggi diharapkan menjadikan rujukan dini berencana kasus risiko tinggi dapat dilaksanakan tepat waktu. Rujukan dini berencana yaitu rujukan ibu risiko tinggi yang disiapkan/direncanakan jauh sebelum hari persalinan. Upaya pendampingan dilakukan agar pengendalian, pencegahan proaktif antisipatif terhadap prediksi penyulit persalinan, kesiapan mental, biaya, transportasi serta persalinan aman yaitu ibu dan bayi selamat. (BK)
Permohonan perizinan Apotek melalui sistem Online Single Submission Risk-Based Approach (OSS RBA). Tahapan penerbitan perizinan Apotek sebagai berikut :
Pembuatan akun OSS di oss.go.id
Mengisi kelengkapan data
Melakukan pemenuhan persyaratan izin ke sistem OSS untuk mendapatkan Sertifikat Standar Apotek
Sistem OSS akan meneruskan kepada Disnaker-PMPTSP Kota Malang untuk dilakukan verifikasi. Disnaker-PMPTSP akan meneruskan ke Dinas Kesehatan Kota Malang untuk dilakukan verifikasi.
Dinas Kesehatan Kota Malang akan menerbitkan Sertifikat Standar Apotek jika memenuhi syarat dan menyampaikan hasil verifikasi kepada Disnaker-PMPTSP Kota Malang.
Disnaker-PMPTSP Kota Malang akan melakukan notifikasi hasil verifikasi berupa memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan.
Jika memenuhi persyaratan, sistem OSS akan menerbitkan izin Apotek
Jika tidak memenuhi persyaratan, pelaku usaha harus memenuhi kelengkapan persyaratan izin melalui sistem OSS.
Untuk memudahkan para pelaku usaha Apotek dalam memenuhi kelengkapan persyaratan, Dinas Kesehatan Kota Malang menyediakan Petunjuk Teknis Pengisian Dokumen Persyaratan Perizinan Apotek yang dapat diunduh disini :
[button color=”red” size=”big” link=”https://dinkes.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/104/2022/09/PETUNJUK-TEKNIS-PENGISIAN-DOKUMEN-PERSYARATAN-PERIZINAN-APOTEK.pdf” ]UNDUH DI DINI[/button]
Indonesia masih mempunyai penyakit-penyakit kuno salah satunya adalah penyakit frambusia yang muncul sejak sebelum Masehi. Namun demikian, saat ini prevalensi Frambusia di Indonesia mulai menurun. Untuk itu, khususnya di Kota Malang akan mengikuti penilaian untuk sertifikasi eradikasi Frambusia atau zero case frambusia
Sertifikasi Eradikasi Frambusia diserahkan kepada Kabupaten/Kota non Endemis (Bebas) Frambusia diberikan pada daerah yang telah direkomendasikan oleh provinsi serta penilaian oleh Komisi Eradikasi Frambusia
Btw, nawak sudah tahu belum ya frambusia itu penyakit apa ? Untuk lebih jelasnya, nawak bisa mengunduh media informasi mengenai frambusia berikut ini :
Puskesmas merupakan garda terdepan dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang sehat. Hal tersebut karena Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang terdekat ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatannya.
Pembangunan Puskesmas di seluruh kecamatan merupakan upaya pemerintah dalam pemerataan pelayanan kesehatan. Dengan dukungan sumber pendanaan yang memadai, Puskesmas saat ini telah berubah menjadi lebih baik, mempunyai tampilan fisik yang bagus dan nyaman untuk memenuhi kepuasan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Namun, tampilan fisik gedung saja tentu belum dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat secara utuh tanpa adanya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terbaik dari petugas Puskesmas.
Dengan tersedianya Puskesmas sebagai pelaksana upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan hingga ke pelosok, diharapkan seluruh masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan yang berkualitas, komprehensif dan berkesinambungan di wilayahnya masing-masing. Tantangan dan hambatan dalam pemberian pelayanan, tentu akan selalu ditemui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
Namun upaya peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas dalam mewujudkan pelayanan prima saat ini menjadi semakin penting mengingat bahwa Puskesmas merupakan penanggungjawab wilayah dan pelaksana utama pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan kabupaten/kota. Selain itu, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan perkembangan media informasi yang semakin luas di era digitalisasi industri 4.0 juga menuntut Puskesmas untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Sistem kesehatan di era JKN bukan hanya menuntut Puskesmas mampu sebagai gatekeeper yang kuat namun juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dianggap paling berkualitas dan dipercaya untuk menjadi kontak pertamanya dalam menjaga kesehatan.
Di era keterbukaan dan kemudahan akses informasi melalui internet dan media sosial yang semakin luas citra sebuah fasilitas termasuk Puskesmas dengan mudah terbentuk dan tersebar berdasarkan pengalaman yang disampaikan masyarakat melalui media sosial tersebut.
Puskesmas yang memberikan pelayanan prima (service excellence) adalah Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan yang secara konsisten memenuhi kebutuhan (needs) pasien atau masyarakat dan bahkan dapat melampaui keinginan dan kebutuhan atau ekspektasi (wants and demands) masyarakat sebagai pengguna.
Melalui riwayat pengalaman yang diterima, maka akan terbentuk citra Puskesmas yang dapat mempengaruhi persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang akan diterimanya dari Puskesmas tersebut.
Adanya keluhan, terjadi karena pelayanan yang diterima lebih rendah dari persepsi awal atau tidak sesuai dengan harapan. Hal ini akan menjadi pengalaman “Boo” bagi penerima layanan.
Sebaliknya, pengalaman “Wow” akan dirasakan masyarakat jika pelayanan yang mereka terima melebihi persepsi dan ekspektasi awal.
Dengan pemahaman tersebut maka Puskesmas yang memberikan pelayanan prima memiliki ciri kinerja yang baik, ditunjukkan antara lain dengan tercapainya target indikator program/pelayanan, dan tidak ada keluhan (zero complaint).
Perkembangan teknologi informasi termasuk internet dan media sosial selain dapat mendekatkan maupun mempercepat pelayanan kesehatan bagi masyarakat (misalnya mempercepat sampainya informasi edukasi kesehatan, memodifikasi metode pemeriksaan atau mempersingkat birokrasi pendaftaran), juga dapat menjadi kesempatan baik bagi Puskesmas dalam mengatasi keluhan masyarakat, Puskesmas dapat menggali informasi kebutuhan dan harapan masyarakat dengan menyediakan wadah pengaduan atau penyampaian saran dan keluhan baik secara digital maupun hot line.
Namun, kemudahan teknologi ini pun dapat menjadi sebuah tantangan bagi Puskesmas agar selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan harapan pelanggan untuk menghindari keluhan yang dapat berakibat negatif pada citra Puskesmas. Sebagai contoh, kemudahan dalam menyampaikan pengalaman melalui media sosial saat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di salah satu Puskesmas dapat membentuk citra positif Puskesmas tersebut. Demikian sebaliknya, dapat pula membentuk citra negatif jika pelayanan kesehatan yang diterima tidak baik. Walaupun jika dipandang dari sisi positif, hal ini akan memacu Puskesmas untuk melakukan upaya peningkatan kualitas secara terus menerus/quality improvement.
Pelayanan prima dalam pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari pemberian pelayanan yang luar biasa dalam segi klinis (layanan profesional) dan pendekatan personal. Peningkatan pelayanan klinis dapat dicapai dengan penguatan kompetensi fasilitas kesehatan dari segi fisik fasilitas maupun pengetahuan dan keterampilan teknis tenaga kesehatan. Sedangkan peningkatan pelayanan personal tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang komunikasi interpersonal dan intrapersonal namun perlu kesungguhan dalam mengasahnya agar memberikan pengalaman yang baik bagi masyarakat ketika mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dalam proses menuju pelayanan prima, Puskesmas perlu memperhatikan prinsip pelayana 4C yaitu Customized, Cost, Convenience dan Communication. Customized Tidak ada dua individu yang sama bahkan ketika mereka kembar sekalipun. Oleh karena itu, walaupun penyakit yang dideritanya sama, namun pelayanan (treatment) yang diberikan kepada individu dapat saja berbeda-beda tergantung kondisi lain yang dimiliki oleh masing-masing. Hal yang sama juga terjadi pada kepuasan dan harapan, perlakuan yang sama pada dua orang berbeda dapat saja memberikan persepsi dan kepuasan yang berbeda. Puskesmas dapat melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat untuk menjawab keluhan masyarakat. Karena harapan tiap kelompok masyarakat dapat berbeda, maka Puskesmas perlu melakukan pendekatan sesuai dengan kebutuhan setiap individu atau kelompok masyarakat (Costumized). Banyak cara untuk mengetahu kondisi keluhan individu misalnya dengan menggali kondisi kesehatan secara menyeluruh sehingga dapat memberikan gambaran rencana perawatan komprehensif yang dapat diberikan. Begitu pula dengan identifikasi kepuasan pelanggan, dapat dilakukan melalui wawancara, menyediakan kotak saran maupun survei kepuasan. Dengan demikian pelayanan oleh Puskesmas dapat diberikan dengan lebih tepat atau sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Perlu juga melibatkan pasien dalam rencana perawatan agar pasien memahami dan mematuhi pengobatan yang mereka terima.
Cost Bayangkan jika anda tinggal jauh dari fasilitas kesehatan dan pada saat anda datang dalam kondisi sakit, ternyata pelayanan saat itu tidak tersedia karena jadwal tidak jelas, atau petugas tidak hadir, atau obat tidak tersedia dan lain sebagainya. Atau ternyata anda menghadapi lamanya antrian untuk mendapatkan pelayanan atau pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan apa yag dijanjikan oleh penyedia layanan. Tentu anda akan kecewa mengingat pengorbanan yang sudah anda berikan, tidak hanya biaya yang dikeluarkan namun pengorbanan lain seperti tenaga, perasaan maupun hilangnya kesempatan/waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan lebih baik daripada itu. Puskesmas dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat agar pengorbanan (cost) tersebut sebanding atau malah lebih kecil daripada pelayanan yang diperoleh masyarakat. Puskesmas dapat menjalankan Puskesmas keliling dengan penjadwalan yang tetap, atau dengan dilakukannya kunjungan keluarga (home visite) seperti pada PIS-PK maupun Perkesmas atau dengan mengaktifkan kerjasama jejaring dan jaringan seperti Posyandu, posbindu, poskesdes, dan sebaginya, untuk memudahkan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan ini juga dapat dilakukan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya dengan menjalankan prosedur (SOP) yang mudah melalui alur dan tahapan yang jelas. Kejelasan terhadap prosedur administrasi serta rencana perawatan yang komprehensif termasuk promotif dan preventif juga perlu diberikan agar pengorbanan masyarakat tidak sia-sia. Puskesmas dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah proses tersebut. Sebagai contoh, Puskesmas dapat menyediakan pendaftaran online atau sistem antrian elektronik, rekam medis online dan sebagainya.
Convinience Kenyamanan merupakan hal yang penting bagi masyarakat sebagai pengguna layanan, juga penting bagi tenaga kesehatan sebagai petugas yang bekerja setiap hari di lingkungan fasilitas tersebut. Bayangkan jika kita bekerja di lingkungan yang kotor, peralatan yang tidak lengkap dan tidak terawat, mendapatkan banyak kesulitan mencari berkas, dll. Tentu kita tidak akan merasa betah setiap hari bekerja dilingkungan tersebut. Begitu pula bagi pasien atau masyarakat, jika tidak disediakan ruang tunggu yang cukup, tempat duduk yang cukup, sulit mencapai ruangan yang dituju, dsb. Tentu hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan yang pada akhirnya akan menimbulkan keluhan . Kenyamanan merupakan dampak dari sistem manajemen pelayanan bermutu baik; merupakan produk pelayanan prima. Tercermin ciri keseluruhan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin): Ringkas : Manajemen stok barang, Sistem informasi kesehatan, tahapan layanan secara sistem tertata baik, dsb. Rapi : Kategorisasi/Labelling layanan maupun barang, layout ruangan, konektivitas ruangan tertata dalam sistem dengan baik. Resik : SOP sistem kebersihan, jadwal dan tanggungjawab petugas kebersihan , peralatan kebersihan yang baik, dsb. Rawat : Perawatan alat, perawatan fasilitas, perawatan sistem, mempertahankan pencapaian, dll. Rajin Disiplin, datang tepat waktu, dll.
Communication Puskesmas dengan prinsip kemandirian masyarakat bertanggungjawab mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Perubahan kemandirian dan kesehatan masyarakat tersebut dapat terjadi jika masyarakat sudah percaya dan loyal terhadap saran kesehatan petugas Puskesmas. Dan hal ini hanya dapat terjadi jika komunikasi sudah terjalin dengan baik. Komunikasi tidak hanya proses penyampaian informasi namun juga proses pembentukan pendapat (public opinion) dan sikap publik (public attitude). Sikap inilah yang menimbulkan loyalitas dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Sumber : Buku Puskesmas Melayani Sepenuh Hati, Direktorat Yankes Primer Kemenkes RI, tahun 2019.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI).
Penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi tekanan darah seseorang, semakin tinggi pula risiko orang tersebut terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Awal dari semua penyakit komplikasi itu yaitu kehilangan keseimbangan. Ketika tekanan darah tinggi naik, maka seseorang akan kesulitan berjalan karena tengkuk, leher, dan punggung akan terasa berat dan pegal. Ini disebabkan oleh kadar kolesterol yang langsung menyerang syaraf keseimbangan.
Hindarkan Penularan Covid-19 Bagi Nakes di Tempat Pelayanan Kesehatan
Rusmini WiyatiJul 10, 2020
Gambar oleh pixabay
Berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien agar tidak tertular virus covid-19 dari pasien yang dirawatnya, antara lain penggunaan APD sesuai standar, baik jenis APD yang digunakan, cara memakai maupun cara melepasnya.
Beberapa rumah sakit telah “kecolongan” karena pasien/keluarga tidak jujur mengatakan riwayat penyakit pasien sebelum dirawat sehingga akhirnya petugas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut harus dikarantina, bahkan ada yang tertular hingga jatuh sakit dan meninggal.
Tidak selamanya sumber penularan covid-19 berasal dari pasien, bisa juga penularan berasal dari sesama nakes yang tanpa disadari telah terpapar penyakit ini. Oleh karena itu ada hal-hal yang tidak kalah penting untuk dihindari oleh petugas kesehatan agar tidak tertular penyakit, antara lain :
Merasa sesama nakes aman dari penularan padahal bisa saja teman nakes tersebut adalah OTG (Orang Tanpa Gejala yang telah kontak dengan penderita covid-19).
Bergerombol saling berdekatan mengabaikan jarak aman ketika tidak melayani pasien.
Makan bersama sambil mengobrol tanpa menyadari bahwa mereka dalam kondisi tidak menggunakan masker sehingga bisa terjadi penularan virus secara droplet maupun airborne.
Menggunakan alat makan/minum secara bersamaan.
Tidak menggunakan masker dan menjaga jarak aman ketika bersama-sama di dalam kendaraan.
Membuang bekas alat medis tidak sesuai dengan standar.
Infeksi virus covid-19 bisa mengenai siapa saja, karena itu harus tetap waspada terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan semakin meningkatnya jumlah Orang Tanpa Gejala berarti semakin banyak juga sumber penularan yang berada di sekitar kita.
Jumat, 7 Oktober 2022 lalu Tim Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Kota Malang bersama Tim Puskesmas Kedungkandang yang diwakili oleh petugas penyuluh kesehatan masyarakat dan sanitarian mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad untuk melakukan Assessment Pra Poskestren. Kegiatan kunjungan pertama ini dilakukan sebagai awal pertemuan pihak Dinkes Kota Malang yang dijembatani Tim Puskesmas Kedungkandang dengan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad. Maksud dan tujuan assessment yaitu menyampaikan program pembinaan Poskestren pada Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad sebagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Pendekatan dilakukan agar pihak pengasuh pondok pesantren memahami program Poskestren sehingga dapat mudah diterima dan memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesehatan santri melalui pemberdayaan masyarakat pesantren. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad sangat terbuka dengan adanya program Poskestren tersebut.
Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad merupakan pondok pesantren di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. Dinas Kesehatan Kota Malang terus berupaya meningkatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui UKBM dari berbagai sektor termasuk lingkungan pendidikan pesantren, sebagai salah satu sasaran lokus di Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad. Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad memiliki santri sejumlah 60 orang yang terdiri dari santri putri sejumlah 16 orang dan santri putra sejumlah 44 orang. Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad menampung santri yatim piatu dan kaum duafa yang berasal dari 75% luar malang seperti Bangkalan, Sampang, Bekasi dan lainnya. Usia santri beragam mulai dari usia SD/MI hingga SMA/MA, Mayoritas santri usia SD/MI. Kegiatan sekolah formal dilakukan diluar pondok pesantren. Setelah pulang sekolah dan beristirahat, santri melanjutkan kegiatan pesantren didalam lingkungan pondok pesantren.
Bapak Mujalis selaku pengasuh dan pendiri pondok pesantren sangat mengaharapkan adanya kegiatan Poskestren dan sangat terbuka bila dilakukan intervensi pada santri terkait kesehatan untuk dapat meningkatkan kesehatan santri dan kaderisasi promotor kesehatan berbasis pemberdayaan santri. Hal yang dikeluhkan pengasuh pondok pesantren yaitu kebiasaan jajan sembarangan santri saat pulang sekolah yaitu ketika berada diluar pondok pesantren serta santri masih perlu meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan pondok. Perilaku tersebut membuat santri sering mengalami penyakit radang tenggorokan. Masalah kesehatan lain yang juga sering diderita santri yaitu penyakit kudis.
Tim Dinkes Kota Malang bersama Tim Puskesmas Kedungkandang melakukan observasi terhadap lingkungan area Pondok sebagai assessment sehingga mengetahui kondisi awal sebelum pembentukan Poskestren. Selain itu, tim Dinkes Kota Malang menyerahkan media promosi kesehatan berupa buku saku Poskestren, stiker, dan leaflet yang berisi informasi kesehatan yang relevan dengan pondok pesantren. Media promosi kesehatan diberikan sebagai sarana edukasi yang dapat disampaikan disela-sela kegiatan pesantren.
Harapannya setelah assessment Pra Poskestren ini dapat dilanjutkan pembinaan Poskestren yaitu melakukan pembentukan kader Poskestren yaitu pembentukan kepengurusan Poskestren berdasarkan devisi sesuai panduan pembentukan Poskestren serta perencanaan program kerja Poskestren Pondok Pesantren Nurul Ikhtihad Kota Malang.[BK]
Alat Pelindung Diri atau bisa disebut APD merupakan kebutuhan utama bagi tenaga kesehatan di Puskesmas saat menangani pasien yang terduga terinfeksi virus corona. Penggunaan APD sangat penting demi mencegah dari terpapar covid-19 karena virus corona bisa menular melalui percikan atau droplet pasien saat batuk atau bersin. Memakai alat pendung diri (APD) saat bekerja bisa mengurangi risiko apabila terjadi kecelakaan kerja, sedangkan jenis APD yang digunakan juga berbeda-beda, tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Dalam masa pandemi viruscorona seperti sekarang ini, APD pada tenaga medis biasanya terdiri dari kacamata, masker, topi bedah, sarung tangan, dan jubah berbahan khusus yang dikenal dengan nama hazmat suit. Dalam memakai atau melepas alat pendung diri pun tidak bisa sembarangan. Harus benar-benar sesuai dengan panduan agar tidak terjadi kecelakaan saat bekerja.
Penggunaan APD dalam pelayanan posyandu UPTD Puskesmas Sekar Jaya di masa pandemi
Tak hanya itu, perlengkapan APD juga tidak bisa digunakan berkali-kali, kecuali sepatu dan kacamata. Namun, dua alat tersebut harus dibersihkan sesuai prosedur setelah pemakaian.
Sementara untuk jubah/baju hazmat, sarung tangan, masker dan penutup kepala harus dibuang dan diganti yang baru setelah menangani pasien. Sedangkan untuk masker misalnya dianjurkan untuk segera mengganti masker jika sudah basah atau setelah dipakai selama 3-6 jam.
Langkah-langkah memakai Alat Pelindung Diri yang benar
Pakai terlebih dahulu baju dan sepatu kerja khusus
Cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer
Pakai topi bedah sekali pakai
Pakai masker pelindung medis (N95)
Pakai sarung tangan dalam
Pakai kacamata pelindung
Pakai sarung tangan karet sekali pakai
Pemakaian selesai
Langkah- langkah melepas Alat Pelindung Diri yang benar
Ganti sarung tangan
Lepaskan pakaian pelindung
Lepaskan kacamara pelindung
Lepaskan masker
Lepaskan topi
Lepaskan sarung tangan
Pelepasan selesai
Catatan: cuci tangan setiap melepas perlengkapan demi perlengkapan
Editor: Rusmini Wiyati / Kontributor : Ansori, SKM, MM (Ka TU UPTD Puskesmas Sekar jaya)
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat dialami oleh semua kelompok usia. Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan bahwa anemia pada anak usia 5-14 tahun tercatat sebesar 26,8% dan usia 15-24 tahun sebesar 32%. Hal ini berarti sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia menderita anemia. Sedangkan remaja putri yang belum minum Tablet Tambah Darah (TTD) sejumlah 98% karena alasan merasa tidak perlu, lupa, serta takut efek samping yang ditimbulkan. Kepatuhan konsumsi TTD berpengaruh terhadap tingginya kasus anemia khususnya pada remaja putri dan ibu hamil. Maka dari itu, perlu adanya gerakan yang dapat menumbuhkan perilaku minum tablet tambah darah oleh remaja putri. Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Kesehatan Nasional Ke-58, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bermaksud mengadakan Gerakan Nasional Aksi Bergizi melalui kampanye #AksiBergizi. Kegiatan ini melibatkan lintas sektor di tingkat pusat dan daerah serta seluruh warga sekolah, khususnya remaja putri sebagai penerima manfaat langsung dari kegiatan ini. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi sekolah lain untuk dapat ikut melaksanakan kegiatan Aksi Bergizi secara rutin sebagai bentuk upaya meningkatkan gizi remaja serta mencegah anemia pada remaja putri, sehingga mendukung pencegahan stunting secara nasional. Tujuan kegiatan Aksi Bergizi yaitu untuk dapat meningkatkan literasi warga sekolah tentang pentingnya TTD, olahraga/aktivitas fisik, dan konsumsi gizi seimbang, dapat meningkatkan komitmen sekolah untuk melaksanakan kegiatan Aksi Bergizi secara rutin (setiap minggu), serta meningkatkan kolaborasi lintas sektor pusat dan daerah terkait penyelenggaraan Aksi Bergizi di sekolah.
Kegiatan Aksi Bergizi Kota Malang dilaksanakan melalui koordinasi multi sektor antara Dinas Kesehatan Kota Malang, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama Kota Malang. Lokasi khusus diadakannya Gerakan Nasional Aksi Bergizi Kota Malang yaitu SMP Negeri 1 Kota Malang dan MTs. Negeri 2 Kota Malang. Kegiatan ini yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2022 yang diikuti oleh siswa siswi. Meskipun sempat mengalami cuaca hujan, rangkaian utama dalam kegiatan ini tetap berjalan yaitu berupa senam bersama, sarapan bersama, Flashmob TTD, konsumsi TTD bersama bagi siswi (remaja putri), edukasi interaktif Aksi Bergizi, serta pengisian Aplikasi CERIA. Gerakan Nasional Aksi Bergizi secara serentak se-Indonesia yang dapat diikuti melalui media zoom. Konsumsi TTD dan pengisian Aplikasi CERIA diikuti oleh siswi putri kelas VII, VIII, dan IX sejumlah 433 siswi SMP Negeri 1 Kota Malang dan sejumlah 206 siswi MTs Negeri 2 Kota Malang. Sedangkan untuk kegiatan lainnya tetap diikuti oleh seluruh siswa siswi.
Kegiatan Aksi Bergizi disambut antusias oleh pihak sekolah. Diwujudkan melalui dukungan terlaksananya kegiatan Aksi Bergizi serta partisipasi dari semua siswa dan siswi. Partisipasi dalam kegiatan Aksi Bergizi tidak hanya dilakukan saat kegiatan itu saja, melainkan pasca kegiatan yang diwujudkan dalam komitmen melanjutkan gerakan Aksi Bergizi dan pengisian Aplikasi CERIA. Dinas Kesehatan Kota Malang melalui Puskesmas telah mendistribusikan TTD bagi tiap sekolah di wilayah kerjanya agar dapat dikonsumsi setiap minggunya hingga April 2023 kedepan. Aplikasi CERIA merupakan aplikasi yang digunakan untuk meningkatkan kebutuhan dan kepatuhan konsumsi TTD, serta meningkatkan penerapan asupan makanan bergizi seimbang untuk mencegah timbulnya anemia pada remaja putri, sebagai sosialisasi pentingnya mengonsumsi TTD remaja putri di kalangan peserta didik, sekolah mendorong pemantauan konsumsi TTD melalui aplikasi CERIA, serta dukungan lintas sektor dalam peningkatan kesehatan remaja putri khususnya penurunan anemi pada remaja. Selain komitmen dalam melaksanakan Aksi Bergizi , juga terdapat lomba konten untuk memeriahkan Gerakan Nasional Aksi Bergizi yang diadakan Kementerian Kesehatan yang dapat diikuti seluruh siswa sekolah. [BK]
Dinas Kesehatan Kota Malang bekerjasama dengan Unit Pelayanan Ambulans Gawar Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk mengadakan pelatihan Defensive Driving untuk driver ambulance di Kota Malang dengan peserta sebanyak 30 orang terdiri dari driver ambulance dari PSC 119, puskesmas, serta ambulance relawan di Kota Malang. Kegiatan dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 1 – 3 November 2022 bertempat di Dinas Kesehatan kota Malang.
Pelatihan Defensive Driving bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang safety driving khususnya mobil ambulans, standarisasi kompetensi driver ambulance, mendukung institusi rumah sakit, puskesmas dan pelaku usaha lainnya dalam menekan keparahan saat terjadi kecelakaan/sakit, menjamin korban dalam keadaan selamat saat dibawa/di transport dengan menggunakan ambulance.
“Pelatihan ini juga diperlukan oleh driver ambulance dari puskesmas, fasyankes, maupun rumah sakit sebagai salah satu standar dalam penilaian akreditasi atau sertifikasi ISO”, ucap dr. Husnul Muarif, MM Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang.
Kegiatan pelatihan diselenggarakan baik di dalam kelas maupun praktik di luar kelas. Materi yang diberikan seputar Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), kebijakan pelayanan ambulans, spesifikasi ambulan, fungsi dan kegunaan alat, Teknik mengemudi amulan, pengenalan dan pemeriksaan kendaraan (EWAGON), prinsip kegawatdaruratan (BHD, Triage, Ekstrikasi, Stabilisasio dan Transportasi), peraturan lalu lintas dan managemen resiko serta praktik skill station dan ada ujian akhirnya.
Defensice Driving Training atau Pelatihan Defensive Driving adalah pelatihan mengemudi berbasis pada Behavior Base Competent yang berkonsep pada perilaku atau sikap, bagaimana bersikap pada kondisi jalan yang selalu berubah, bagaimana mengantisipasi kesalahan pihak lain bagaimana mencegah semua potensi resiko mengemudi kendaraan di jalan raya yang merupakan area umum.
“Pelatihan ini sudah ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh fasyankes baik puskesmas, rumah sakit dan ssemua instansi yang menyediakan ambulans. Jadi diharapkan bisa dimanfaatkan dan dipraktikkan dalam tugasnya sehari-hari sebagai driver ambulance”, tambah dr. Husnul.