Tag: Faktor

Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Pengobatannya

Jakarta

Muntah darah atau hematemesis adalah kondisi ketika terdapat darah dalam muntahan. Kondisi ini menandakan terjadinya pendarahan di suatu tempat di saluran pencernaan meliputi kerongkongan, lambung, dan bagian pertama usus kecil yang disebut duodenum.

Dikutip dari buku Pertolongan Pertama oleh dr. Kartono Mohamad, darah yang keluar saat muntah darah berwarna merah tua (terkadang berwarna kehitaman) dan sering disertai sisa-sisa makanan yang dimakan.

Warna darah tersebut dipengaruhi oleh faktor lamanya darah bercampur dengan asam lambung. Jika pendarahan baru saja terjadi, maka darah pada muntahan akan berwarna merah segar. Jika sudah lama terjadi, umumnya darah akan berwarna kehitaman seperti kopi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Muntah Darah

Muntah darah atau hematemesis pada dasarnya tidak sama dengan batuk darah. Darah pada muntah darah berasal dari saluran pencernaan, sedangkan pada batuk darah, darah berasal dari saluran napas, termasuk paru-paru.

Sebab itu, batuk darah akibat penyakit TBC tidak sama dengan muntah darah. Dilansir dari Medical News Today, beberapa penyebab umum seseorang mengalami muntah darah adalah:

  • Penyakit maag
  • Muntah hebat yang berkepanjangan
  • Adanya robekan, iritasi, atau radang pada lapisan lambung
  • Pembesaran pembuluh darah pada saluran makanan atau usus
  • Tumor dan cedera pada lambung atau kerongkongan
  • Kerusakan radioaktif pada usus bagian atas
  • Infeksi hepatitis atau Helicobacter pylori (H. pylori)
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin, NSAID, atau pengencer darah
  • Tidak sengaja mengonsumsi racun
  • Kehamilan, sebagai komplikasi mual di pagi hari dan muntah-muntah secara teratur.

Adapun beberapa kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan hematemesis meliputi:

  • Gastroenteritis (radang pada dinding usus dan lambung)
  • Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
  • Kelainan pembuluh darah pada usus
  • Radang saluran makanan, usus, atau pankreas
  • Kanker pankreas
  • Kondisi organ hati tertentu, seperti gagal hati akut dan sirosis
  • Lesi Dieulafoy (kondisi dimana arteri menonjol keluar melalui dinding lambung)
  • Robekan Mallory-Weiss (robekan pada pipa makanan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan akibat muntah atau batuk)
  • Hipertensi portal (tekanan darah tinggi terjadi pada vena portal)
  • Kelainan dalam darah, seperti jumlah trombosit yang rendah, hemofilia, anemia, atau leukemia.

Sementara itu, muntah darah pada bayi dan anak-anak dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi berikut:

  • Kelainan kongenital (kelainan yang sudah ada sejak lahir akibat faktor genetik maupun non genetik)
  • Gangguan pembekuan darah
  • Kekurangan vitamin K
  • Alergi susu
  • Menelan darah atau benda asing, seperti dari hidung atau dari ibu saat melahirkan.

Gejala Muntah Darah

Gejala muntah darah umumnya berbeda-beda bergantung pada jumlah dan warna darah yang dikeluarkan. Dilansir dari Healthline, berikut gejala yang biasa menyertai muntah darah:

  • Pusing
  • Lemas
  • Kulit pucat dan dingin
  • Penglihatan kabur
  • Jantung berdetak cepat
  • Perubahan pernapasan
  • Kulit dingin atau lembab
  • Kebingungan
  • Sakit perut parah
  • Muntah darah setelah cedera
  • Pingsan.

Dilansir dari Very Well Health, adapun darah yang muncul dapat terlihat seperti berikut:

  • Darah berwarna merah tua atau terang atau coklat dengan makanan
  • Darah tanpa makanan
  • Pelet seperti bubuk kopi hitam.

Risiko Muntah Darah

Terdapat beberapa faktor yang dapat membuat seseorang berisiko mengalami muntah darah. Menurut Very Well Health, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

  • Memiliki riwayat muntah-muntah dalam jangka waktu yang lama
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri (seperti aspirin atau ibuprofen) secara berlebihan
  • Mengonsumsi makanan tertentu seperti kopi, alkohol, atau coklat yang berisiko terhadap peningkatan asam
  • Kelebihan berat badan
  • Mengonsumsi obat pengencer darah
  • Merokok
  • Stres
  • Hamil.

Pengobatan Muntah Darah

Ketika mengalami muntah darah, langkah pertama yang harus segera dilakukan adalah mencari bantuan medis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan diagnosis secepat mungkin. Jika diagnosis telah diketahui, maka pengobatan dan perawatan dapat dilakukan secara intensif dan efektif.

Pada kasus muntah darah dengan jumlah darah yang banyak, kemungkinan akan diperlukan proses transfusi darah sebagai pertolongan pertama untuk mengganti darah yang hilang. Dalam hal ini, cairan infus mungkin juga diperlukan untuk menghidrasi tubuh.

Selanjutnya, dokter akan melakukan diagnosis penyebab muntah darah pada pasien. Kemudian, pengobatan dan perawatan medis akan disesuaikan dengan penyebab muntah darah. Jika muntah darah disebabkan oleh masalah pencernaan seperti maag, maka dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi produksi asam lambung.

Namun, dalam kasus pendarahan saluran pencernaan bagian atas yang lebih serius, dokter akan merujuk pasien ke ahli gastroenterologi untuk mendiagnosis sumber pendarahan. Dalam kasus yang lebih ekstrim, seperti perforasi lambung atau usus, operasi mungkin akan dilakukan.

Demikian informasi mengenai muntah darah, penyebab, gejala, faktor risiko dan metode pengobatannya. Semoga artikel ini bermanfaat.

Simak Video “Aduh! Saat Puasa GERD Kambuh
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)

Ternyata Wanita 9 Kali Lebih Berisiko Kena Stroke Jika Ada Faktor Risiko Ini

Jakarta

Stroke adalah salah satu jenis penyakit gangguan fungsi saraf akut yang dapat menyebabkan terganggunya peredaran darah pada otak. Kondisi ini dapat terjadi apabila pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan.

Stroke merupakan penyakit berbahaya yang dapat dialami oleh siapa saja, baik orang tua, anak muda, laki-laki, dan perempuan. Oleh karena ini, pengendalian faktor risiko perlu dilakukan untuk mengurangi risiko stroke.

Wanita merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko penyakit stroke lebih tinggi. Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa faktor yang membuat wanita lebih berisiko mengidap stroke.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alat kontrasepsi oral, kehamilan, dan terapi pasca menopause secara umum dapat meningkatkan risiko stroke pada wanita. Wanita yang mengidap preeklamsia, eklampsia, atau diabetes gestasional saat hamil juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap stroke.

Dokter spesialis saraf dr Al Rasyid, SpS(K) menuturkan bahwa memang terdapat beberapa faktor risiko pada wanita yang dapat meningkatkan risiko penyakit stroke hingga sembilan kali lipat.

“Pada wanita risiko stroke dapat meningkat sembilan kali lipat jika terdapat tiga faktor risiko ini. Yang pertama migrain dengan gejala penyerta aura, penggunaan kontrasepsi oral, dan kebiasaan merokok,” ujar dr Rasyid ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

“Selain itu wanita hamil yang memiliki tekanan darah tinggi juga berisiko mengalami stroke. Ini terjadi karena perubahan kekentalan darah sehingga mudah terjadi penggumpalan darah,” sambungnya.

NEXT: Cara Cegah Penyakit Stroke