Tag: Makan

Lomba Makan Kerupuk di RS Viral, Awas Nggak Sebebas Itu Ngontenin Pasien!


Jakarta

Perlombaan makan kerupuk di sebuah RS menyita perhatian warganet. Pasalnya, aktivitas lomba di 17 Agustus itu dinilai tidak biasa hingga memicu pro-kontra.

Video tersebut awalnya diunggah oleh akun Tiktok @elsyaf02, kemudian diposting ulang oleh banyak akun media sosial lain dengan beragam komentar. Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir ikut menyoroti viral perlombaan makan kerupuk pasien hemodialisis tersebut.

Satu hal yang disayangkan menurutnya kemungkinan pelanggaran kode etik privasi pasien. Viralnya video tersebut bisa saja tidak sesuai dengan perundang-undangan yang mewajibkan pihak RS dan nakes merahasiakan data pasien, sehingga dinilai merugikan privasi mereka.

“Menurut kami, dari sisi aspek hukum, tentu itu bisa dianggap melanggar etika profesi ya karna membuat konten dari pasien cuci darah. Pengambilan foto dan video di rumah sakit itu tidak boleh, melanggar privasi pasien atau keluarga pasien,” katanya saat dihubungi detikcom Jumat (18/8/2023).

Lain halnya jika keluarga pasien atau staf rumah sakit sudah sama-sama ‘consent’ dan tidak keberatan, pengambilan gambar atau video itu menurutnya aman dilakukan.

Hal ini sesuai mengacu ketentuan alam Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Terkait hak privasi dan kerahasiaan penyakit yang diterima oleh pasien, ada pasien yang sifatnya tidak mau penyakitnya diumbar ke publik, atau tidak ingin diketahui orang lain.

“Hak privasi harus dijunjung tinggi. Apalagi tentang menyimpan rahasia kedokteran yang hanya bisa dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, permintaan aparat tenaga hukum maupun persetujuan pasien itu sendiri,” pesan Tony.

Simak Video “Dalam Rangka HUT ke-78 RI, Vaksin Rotavirus untuk Bayi Digratiskan!
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Makan Timun Sehabis Kalap Lahap Daging Kurban, Ampuhkah Turunkan Kolesterol?


Jakarta

Daging kurban biasanya diolah menjadi hidangan favorit masyarakat seperti sate, tongseng, hingga sop. Namun tak jarang, masyarakat dihantui ancaman kolesterol tinggi seusai kalap mengonsumsi olahan daging kurban.

Beredar anggapan, timun bisa membantu menurunkan kolesterol dalam tubuh. Walhasil beberapa orang percaya, makan timun setelah kalap mengkonsumsi olahan daging kurban bisa mencegah sederet efek buruk dari lonjakan kadar kolesterol.

Spesialis gizi klinik dr Putri Sakti, MGz,SpGK, AIFO-K, CBBF, meluruskan, timun memang memiliki zat pangan yang dapat mengontrol kadar lemak darah. Namun, timun tidak serta merta dapat menurunkan kadar kolesterol.

“Tapi ingat, beda dengan mengobati. Kita minum obat hipertensi, terus turun saat itu juga,” kata dr Putri ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

“Nah kalau timun ini sama seperti suplemen, dia bertahap. Jadi nggak bisa makan sate terus makan timun saat itu juga buat nurunin (kolesterol),” lanjutnya.

Di sampng itu, timun kaya akan serat yang dapat menyerap kadar kolesterol dalam darah. Namun, mengonsumsi timun tidak menjamin bahwa kadar kolesterol sudah benar-benar terkontrol.

“Jadi tidak bisa jadi patokan ‘kalau makan timun sudah pasti kolesterol saya terkontrol, sudah pasti tekanan darah saya turun’, nggak juga,” kata dr Putri.

dr Putri membeberkan cara terbaik untuk menikmati olahan daging kurban tanpa takut dibayang-bayangi meningkatnya kadar kolesterol. Salah satunya yaitu mengubah cara menikmati hidangan tersebut.

“Kalau pengen makan sate, bumbunya jangan banyak-banyak deh, jadi kita masih bisa nikmatin. Porsinya nggak berlebihan, terus kalo yang ada lemak-lemaknya, harus dihilangin,” ungkapnya.

Terpisah, spesialis gizi klinik dr Juwalita Surapsari, MGz, SpGK, menjelaskan pada dasarnya,makan timun boleh-boleh saja dicoba untuk menurunkan kadar kolesterol sebagaimana yang dipercaya banyak orang.

Namun ia mengingatkan, risiko kolesterol tinggi tetap ada apabila konsumsi timun masih dibarengi pola makan yang tidak sehat. Misalnya, sering mengonsumsi makanan yang tinggi lemak.

“Kalau hanya makan timun saja tetapi makanan yang tinggi (kolesterol) tadi tetap dikonsumsi, kayaknya nggak akan banyak efek,” jelas dr Juwalita.

Simak Video “Tips dari Dokter untuk Pengidap Kolesterol Agar Aman Jalankan Puasa
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/vyp)

Pantesan Orang Jepang Nggak Buncit meski Banyak Makan Nasi! Ternyata Ini Triknya

Jakarta

Warga Jepang terkenal akan gaya hidup sehatnya. Mulai dari rutin berjalan kaki, hingga mengkonsumsi makanan sehat. Sama seperti orang Indonesia, mereka juga terbiasa makan nasi putih tiga kali sehari. Tapi kenapa ya tidak banyak orang Jepang berperut buncit?

Faktanya, orang Jepang terbiasa menerapkan gaya hidup sehat sejak kecil, termasuk dalam hal penyajian makanan. Tidak seperti di Indonesia yang biasanya makan nasi menggunakan piring, mereka lebih sering menggunakan mangkuk kecil beserta lauk lainnya.

Orang Jepang biasanya mengkonsumsi nasi dengan beberapa lauk pendamping. Mulai dari miso, ikan atau daging, dan dua atau tiga hidangan sayuran yang dimakan secara bergiliran.

Tips Ampuh Anti Buncit dari Orang Jepang

Meski makan nasi tiga kali dalam sehari, bentuk tubuh orang Jepang tetap bugar dan ‘in shape’. Berikut caranya:

Pola Makan yang Seimbang

Orang Jepang lebih memilih mengkonsumsi ikan daripada daging merah. Mereka sangat menyukai sayuran, makanan asinan dan fermentasi untuk menemani semangkuk kecil nasi.

“Kalau orang Indonesia kebanyakan konsumsi kalori di atas 2 ribu dan kualitas makanannya nggak bagus, kurang sehat kurang serat, terlalu banyak karbohidrat juga,” kata spesialis penyakit dalam dr Indra Wijaya, MKes, SpPD-KEMD, FINASIM, FACP kepada detikcom, Rabu (24/5/2023).

Mengkonsumsi Makanan Fermentasi

Mereka juga sangat suka makanan yang difermentasi, seperti natto dan miso. Biasanya, orang Jepang makan natto untuk sarapan yang ternyata sangat baik untuk usus dan pencernaan.

Kebiasaan ini membuat tingkat obesitas di Jepang menjadi salah satu yang terendah di dunia. Tak hanya itu, harapan hidup orang-orang di sana juga lebih panjang.

Melakukan Aktivitas Fisik

Meski makan nasi tiga kali sehari, orang Jepang selalu mengimbanginya dengan aktivitas fisik yang memadai. Hal ini dilakukan untuk membakar kalori.

Orang-orang di Jepang terkenal sangat gemar berjalan kaki, yang menjadi salah satu aktivitas fisik yang bisa membantu membakar kalori. Sebab, minimnya aktivitas fisik membuat seseorang lebih sulit membuang lemak berlebih, terutama di bagian perut.

NEXT: Kebiasaan Makan Orang Jepang

Orang Jepang Nggak Gampang Buncit meski Makan Nasi 3 Kali Sehari, Begini Triknya

Jakarta

Orang Jepang ternyata memiliki kebiasaan yang sama dengan orang Indonesia, yaitu makan nasi tiga kali sehari. Tapi, tidak banyak orang di sana yang buncit meski banyak makan nasi.

Ternyata, ini dipengaruhi gaya hidup mereka yang sangat aktif sejak kecil. Jadi, tidak heran jika warga di sana menempati urutan ke-7 dari 10 negara tersehat di dunia.

Apa sih rahasianya?

Rupanya, salah satu trik agar perut orang Jepang tidak buncit adalah dari cara penyajiannya. Tidak seperti di Indonesia yang memakai piring, mereka lebih sering makan menggunakan mangkuk kecil dengan beberapa hidangan yang berbeda.

Biasanya, mereka mengkonsumsi nasi dengan miso, ikan atau daging, lalu dua atau tiga hidangan sayuran, sering disajikan bersama dan dimakan secara bergiliran.

Tak hanya itu, orang Jepang juga memiliki cara sendiri untuk menjaga tubuhnya tetap bugar dan ‘in shape’ meski makan nasi tiga kali sehari. Berikut caranya:

1. Pola makan seimbang

Meski makan nasi tiga kali sehari, orang Jepang mengimbanginya dengan aktivitas fisik yang memadai untuk membakar kalori dan pola makan yang seimbang. Mereka lebih memilih ikan daripada daging merah, banyak sayuran, makanan asinan dan fermentasi, dan nasi dalam porsi kecil.

“Kalau orang Indonesia kebanyakan konsumsi kalori di atas 2 ribu dan kualitas makanannya nggak bagus, kurang sehat kurang serat, terlalu banyak karbohidrat juga,” kata spesialis penyakit dalam dr Indra Wijaya, MKes, SpPD-KEMD, FINASIM, FACP kepada detikcom, Rabu (24/5/2023).

2. Konsumsi makanan fermentasi

Orang Jepang juga rutin mengkonsumsi makanan fermentasi seperti natto dan miso. Natto biasanya dikonsumsi saat sarapan dan memiliki efek menguntungkan bagi usus dan pencernaan.

Karena kebiasaan ini, tingkat obesitas di Jepang menjadi salah satu yang terendah di dunia. Mereka juga memiliki harapan hidup yang panjang.

3. Aktivitas fisik

Pasti sudah tidak heran lagi kalau orang Jepang sangat gemar berjalan kaki. Kebiasaan inilah yang membuat mereka tetap bugar dan tidak buncit meski makan nasi tiga kali sehari.

Sebab, salah satu yang bisa memicu perut buncit hingga kenaikan berat badan adalah minimnya aktivitas fisik dan juga olahraga. Gaya hidup kurang aktif bergerak membuat seseorang lebih sulit membuang lemak berlebih terutama di sekitar perut.

Simak Video “Apakah Perut Buncit jadi Sarang Penyakit?
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)