Tag: Pengobatannya

Mengenal Apa Itu Mioma Uteri: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Jakarta

Mendengar kata tumor bisa membuat sebagian orang khawatir dan ketakutan. Apa sih sebenarnya tumor itu? Tumor adalah benjolan abnormal yang tumbuh pada bagian tubuh manapun, termasuk rahim (uterus). Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan mioma uteri atau fibroid rahim.

Mioma uteri merupakan sebuah kondisi medis di mana, tumbuh tumor atau jaringan tidak normal pada bagian dalam maupun luar rahim. Apakah mioma uteri berbahaya? Mioma uteri termasuk dalam tumor yang bersifat jinak, tidak seperti kanker ganas.

Meskipun bersifat jinak, mioma uteri tetap perlu untuk diwaspadai, karena bisa menimbulkan komplikasi lainnya jika tidak segera ditangani. Nah, untuk tahu lebih lanjut mengenai mioma uteri, mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatannya, simak penjelasannya di bawah ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Mioma Uteri

Dikutip melalui buku berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas ditulis oleh Rina dan Arni (2018), mioma uteri adalah tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Mioma uteri tumbuh pada bagian dinding rahim dan memiliki bentuk menonjol ke permukaan rahim.

Jumlah dan ukuran dari mioma uteri bervariasi, terkadang bisa ditemukan lebih dari satu. Mioma uteri biasanya menyerang wanita yang memasuki usia produktif. Terutama pada wanita-wanita yang berusia sekitar 30-40 tahun.

Pada beberapa kasus, mioma uteri tidak menimbulkan gejala, khususnya bagi perempuan berusia 35 tahun. Oleh karena itu, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, agar mioma uteri bisa terdeteksi lebih awal dan tidak menjadi semakin ganas.

Apabila mioma uteri berkembang menjadi ganas, maka bisa menyebabkan keguguran dan pengangkatan rahim. Mioma yang berubah menjadi ganas disebut sebagai leiomiosarkoma.

Jenis Mioma Uteri

Mioma uteri dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan letaknya. Berikut ini jenis mioma uteri dikutip melalui buku berjudul Organ Reproduksi Wanita ditulis oleh Ernawati, dkk (2023).

Mioma Uteri Subserosum

Mioma uteri subserosum adalah mioma yang lokasi tumornya terletak pada subserosa korpus uteri. Biasanya, mioma jenis ini dapat berbentuk tonjolan yang dihubungkan melalui tangkai dengan uterus. Mioma yang ukurannya cukup besar akan mengisi rongga peritoneum. Mioma jenis ini sering dikenal dengan mioma parasitik.

Mioma Uteri Intramural

Mioma uteri intramural disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Apabila mioma ini masih berukuran kecil, maka tidak akan merubah bentuk dari uterus. Namun, apabila ukurannya sudah membesar, maka uterus menjadi menonjol dan bertambah besar bentuknya.

Mioma Uteri Submukosum

Mioma uteri submukosum adalah mioma yang berada pada bagian bawah lapisan mukosa uterus, dan tumbuh mengarah ke kavum uteri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan bentuk dan besar pada kavum uteri.

Apabila tumor ini tumbuh bertangkai, maka tumor bisa keluar dan masuk ke dalam vagina, hal ini disebut mioma geburt. Mioma uteri submukosum meskipun ukurannya kecil, namun seringkali menimbulkan keluhan pendarahan di vagina.

Penyebab Mioma Uteri

Penyebab mioma belum diketahui secara pasti. Pasalnya, mioma jarang sekali ditemukan sebelum pubertas. Dikutip melalui laman Mayo Clinic, meskipun belum diketahui penyebab pastinya mioma uteri, tetapi ada beberapa kondisi yang menjadi faktor munculnya mioma uteri, yaitu:

  • Perubahan genetik
  • Keturunan
  • Gangguan hormon
  • Kehamilan
  • Kebiasaan merokok
  • Kekurangan vitamin D.

Gejala Mioma Uteri

Gejala mioma uteri tergantung pada ukuran, lokasi, dan jumlah tumor yang ada. Berikut ini gejala mioma uteri dikutip melalui laman Healthline:

  • Terjadi pendarahan berat selama menstruasi
  • Adanya gumpalan pada menstruasi
  • Menstruasi berlangsung lebih lama daripada biasanya
  • Mengalami nyeri dan kram pada perut saat menstruasi
  • Nyeri pada bagian panggul atau punggung bawah
  • Perut terasa tertekan atau penuh
  • Terjadi pembengkakan dan pembesaran perut
  • Frekuensi buang air kecil meningkat
  • Terasa sakit saat sedang berhubungan intim.

Pengobatan Mioma Uteri

Sebelum dokter menyarankan sebuah pengobatan, biasanya akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu meliputi tes laboratorium, tes kehamilan, ultrasonografi, dan pielogram intravena.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter akan melakukan beberapa pilihan pengobatan mioma uteri. Berikut ini pengobatannya dikutip melalui jurnal berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien Post Operasi Mioma Uteri dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut ditulis oleh Rahayu dan Dian (2020).

1. Pengobatan Konservatif

Dalam beberapa dekade terakhir, belum ada usaha untuk mengobati mioma uteri dengan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) agonis. Pengobatan ini dilakukan selama 16 minggu pada mioma uteri, sampai menghasilkan degenerasi hialin di miometrium sehingga uterus menjadi kecil.

2. Pengobatan Operatif

Pengobatan operatif dilakukan apabila mioma uteri menimbulkan gejala yang tidak bisa ditangani. Tindakan operatif yang dilakukan yakni:

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa perlu melakukan pengangkatan uterus. Miomektomi biasanya dilakukan pada wanita yang tetap ingin mempertahankan fungsi dari sistem reproduksinya. Tindakan ini bisa dilakukan pada mioma submukosum dengan menggunakan cara ekstirpasi lewat vagina.

b. Histerektomi

Histerektomi adalah pengobatan yang dilakukan dengan pengangkatan uterus. Histerektomi bisa dilaksanankan pada perabdomen atau pervaginum. Tindakan ini baik dilakukan bagi wanita berusia 40 tahun dan sudah tidak menghendaki adanya keturunan.

Demikian penjelasan mengenai mioma uteri. Semoga bermanfaat!

Simak Video “Kemenkes Minta Edukasi Kesehatan Reproduksi Dimulai Sejak SMP
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)

Mengenal Herpes Labialis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Jakarta

Herpes labialis adalah salah satu dari infeksi virus yang cukup umum terjadi. Begitu virus herpes menginfeksi tubuh, maka virus penyebabnya akan bertahan cukup lama dan dapat kambuh sewaktu-waktu.

Kira-kira apa ya herpes labialis itu? Lalu apa saja penyebab dan gejala dari herpes labialis? Apakah herpes labialis bisa diobati? Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya menyimak penjelasan berhasil detikHealth rangkum di bawah ini.

Apa itu Herpes Labialis?

Dikutip melalui jurnal berjudul Penanganan Herpes Simpleks Labialis Rekuren (2014), herpes labialis atau yang dikenal dengan herpes simpleks 1 (herpes oral) adalah infeksi umum yang dapat menyebabkan lepuhan atau bisul pada bagian tubuh tertentu. Herpes labialis tersebar melalui kontak dari kulit ke kulit.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, herpes merupakan infeksi virus yang menyebabkan terjadinya bisulan atau lepuhan berwarna kemerahan berisikan cairan pada bagian kulit tertentu. Bentuk umum dari herpes labialis adalah gingivostomatitis primer atau infeksi berulang HSL.

Infeksi ini umumnya terjadi pada anak-anak prasekolah atau TK, remaja, dan dewasa muda. Herpes labialis dapat diobati, namun tidak dapat disembuhkan. Ada dua jenis herpes simpleks:

1. Tipe 1 (VHS-1)

Menyebar melalui kontak mulut dan dapat menyebabkan adanya infeksi pada bagian dalam atau sekitar mulut. Virus ini juga dapat menyebabkan adanya herpes genital. Sebagian besar yang terinfeksi herpes simpleks tipe 1 adalah orang dewasa.

2. Tipe 2 (VHS-2)

Menyebar melalui kontak seksual dan dapat menyebabkan terjadinya herpes genital.

Penyebab Herpes Labialis

Dikutip melalui laman WebMD, penyebab dari herpes labialis adalah virus herpes simpleks 1 (VHS-1) dan simpleks 2 (VHS-2) yang penularannya melalui kontak langsung dengan penderita. Kontak langsung yang dapat menularkan virus seperti menggunakan peralatan makan atau handuk yang sama dengan penderita.

Tipe 1 dapat menyebabkan lepuhan atau bisul, sedangkan tipe 2 dapat menyebabkan herpes genital. Beberapa hal yang dapat menjadi pemicu dari munculnya herpes labialis:

  • Terjadinya infeksi akibat penyakit lain
  • Mengalami stres
  • Mengalami demam
  • Mengalami pilek
  • Memiliki alergi
  • Adanya luka terbuka pada area sekitar mulut
  • Terkena paparan sinar ultraviolet secara berlebihan
  • Efek samping dari pasca operasi.

Gejala Herpes Labialis

Sebagian besar penderita dari herpes labialis tidak langsung mengalami gejala yang menunjukkan sedang menderita herpes labialis. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami infeksi dan dapat menularkannya kepada orang lain.

Tanda-tanda munculnya herpes labialis yaitu adanya lepuhan atau bisul yang terasa sakit atau perih. Berikut ini gejala awalnya:

  • Terjadinya pembengkakan pada kelenjar getah benih
  • Sakit kepala dan sakit tenggorokan
  • Mengalami demam
  • Munculnya luka melepuh pada area sekitar mulut dan bibir
  • Area sekitar mulut mengalami kesemutan
  • Bibir membengkak
  • Area sekitar mulut terasa gatal
  • Seluruh anggota tubuh terasa tidak nyaman.

Selain gejala-gejala awal di atas, akan muncul gejala lanjutan berupa:

  • Area sekitar mulut terasa panas dan nyeri
  • Luka melepuh pada bagian bibir atau bawah hidung
  • Ruam atau bisul yang ada pada bagian kulit mengeluarkan cairan
  • Luka mengering dan sembuh dengan sendirinya setelah hampir 4 sampai dengan 6 hari.

Pengobatan Herpes Labialis

Dikutip melalui laman resmi World Health Organization (WHO), herpes labilis dapat diobati dengan memberikan obat anti virus seperti asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Selain itu, diberikan juga obat yang dapat mengatasi rasa sakit seperti parasetamol, naproxen, atau ibuprofen.

Ada juga obat-obatan yang bisa dioleskan langsung pada area yang terkena herpes labialis yaitu benzokain dan lidokain, tapi tidak dianjurkan untuk menggunakan obat oles. Obat-obatan tersebut dapat digunakan untuk mengobati herpes tipe 1 dan dapat membantu mengurangi gejala, namun tidak bisa menyembuhkan infeksi.

Dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor sebelum menentukan cara pengobatan yang akan dilakukan untuk mengobati herpes labialis.

  1. Mempertimbangkan usia pasien
  2. Mempertimbangkan kondisi kesehatan pasien
  3. Mengetahui terlebih dahulu riwayat kesehatan dan riwayat obat
  4. Mengetahui apakah ada toleransi dari tubuh pasien terhadap pengobatan tertentu.

Virus herpes simpleks hidup dalam sel saraf dan bergantian antara aktif dan tidak aktif. Beberapa hal yang dapat memicu virus herpes untuk menjadi aktif antara lain:

  1. Kondisi kesehatan atau demam
  2. Paparan sinar matahari langsung
  3. Periode menstruasi
  4. Cedera
  5. Stres secara emosional
  6. Pasca operasi.

Bagi seseorang yang menderita herpes oral, ada baiknya menghindari paparan sinar matahari secara langsung dengan menggunakan tabir surya. Untuk mengurangi gejala dari herpes oral, penderita dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

  • Meminum minuman dingin atau mengisap es krim
  • Menggunakan obat pereda nyeri.

Sedangkan, untuk penderita herpes genital, penderita dapat mengurangi gejalanya dengan cara:

  • Duduk dalam bak mandi yang berisi air hangat selama kurang lebih 20 menit, tanpa menambahkan sabun
  • Menggunakan pakaian yang longgar
  • Menggunakan obat pereda nyeri.

Demikian yang dapat detikHealth sampaikan mengenai herpes labialis. Semoga bermanfaat!

Simak Video “Penjelasan Kemenkes soal Kabar Vaksin HPV Bikin Mandul
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)

Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Pengobatannya

Jakarta

Muntah darah atau hematemesis adalah kondisi ketika terdapat darah dalam muntahan. Kondisi ini menandakan terjadinya pendarahan di suatu tempat di saluran pencernaan meliputi kerongkongan, lambung, dan bagian pertama usus kecil yang disebut duodenum.

Dikutip dari buku Pertolongan Pertama oleh dr. Kartono Mohamad, darah yang keluar saat muntah darah berwarna merah tua (terkadang berwarna kehitaman) dan sering disertai sisa-sisa makanan yang dimakan.

Warna darah tersebut dipengaruhi oleh faktor lamanya darah bercampur dengan asam lambung. Jika pendarahan baru saja terjadi, maka darah pada muntahan akan berwarna merah segar. Jika sudah lama terjadi, umumnya darah akan berwarna kehitaman seperti kopi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Muntah Darah

Muntah darah atau hematemesis pada dasarnya tidak sama dengan batuk darah. Darah pada muntah darah berasal dari saluran pencernaan, sedangkan pada batuk darah, darah berasal dari saluran napas, termasuk paru-paru.

Sebab itu, batuk darah akibat penyakit TBC tidak sama dengan muntah darah. Dilansir dari Medical News Today, beberapa penyebab umum seseorang mengalami muntah darah adalah:

  • Penyakit maag
  • Muntah hebat yang berkepanjangan
  • Adanya robekan, iritasi, atau radang pada lapisan lambung
  • Pembesaran pembuluh darah pada saluran makanan atau usus
  • Tumor dan cedera pada lambung atau kerongkongan
  • Kerusakan radioaktif pada usus bagian atas
  • Infeksi hepatitis atau Helicobacter pylori (H. pylori)
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin, NSAID, atau pengencer darah
  • Tidak sengaja mengonsumsi racun
  • Kehamilan, sebagai komplikasi mual di pagi hari dan muntah-muntah secara teratur.

Adapun beberapa kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan hematemesis meliputi:

  • Gastroenteritis (radang pada dinding usus dan lambung)
  • Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
  • Kelainan pembuluh darah pada usus
  • Radang saluran makanan, usus, atau pankreas
  • Kanker pankreas
  • Kondisi organ hati tertentu, seperti gagal hati akut dan sirosis
  • Lesi Dieulafoy (kondisi dimana arteri menonjol keluar melalui dinding lambung)
  • Robekan Mallory-Weiss (robekan pada pipa makanan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan akibat muntah atau batuk)
  • Hipertensi portal (tekanan darah tinggi terjadi pada vena portal)
  • Kelainan dalam darah, seperti jumlah trombosit yang rendah, hemofilia, anemia, atau leukemia.

Sementara itu, muntah darah pada bayi dan anak-anak dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi berikut:

  • Kelainan kongenital (kelainan yang sudah ada sejak lahir akibat faktor genetik maupun non genetik)
  • Gangguan pembekuan darah
  • Kekurangan vitamin K
  • Alergi susu
  • Menelan darah atau benda asing, seperti dari hidung atau dari ibu saat melahirkan.

Gejala Muntah Darah

Gejala muntah darah umumnya berbeda-beda bergantung pada jumlah dan warna darah yang dikeluarkan. Dilansir dari Healthline, berikut gejala yang biasa menyertai muntah darah:

  • Pusing
  • Lemas
  • Kulit pucat dan dingin
  • Penglihatan kabur
  • Jantung berdetak cepat
  • Perubahan pernapasan
  • Kulit dingin atau lembab
  • Kebingungan
  • Sakit perut parah
  • Muntah darah setelah cedera
  • Pingsan.

Dilansir dari Very Well Health, adapun darah yang muncul dapat terlihat seperti berikut:

  • Darah berwarna merah tua atau terang atau coklat dengan makanan
  • Darah tanpa makanan
  • Pelet seperti bubuk kopi hitam.

Risiko Muntah Darah

Terdapat beberapa faktor yang dapat membuat seseorang berisiko mengalami muntah darah. Menurut Very Well Health, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

  • Memiliki riwayat muntah-muntah dalam jangka waktu yang lama
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri (seperti aspirin atau ibuprofen) secara berlebihan
  • Mengonsumsi makanan tertentu seperti kopi, alkohol, atau coklat yang berisiko terhadap peningkatan asam
  • Kelebihan berat badan
  • Mengonsumsi obat pengencer darah
  • Merokok
  • Stres
  • Hamil.

Pengobatan Muntah Darah

Ketika mengalami muntah darah, langkah pertama yang harus segera dilakukan adalah mencari bantuan medis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan diagnosis secepat mungkin. Jika diagnosis telah diketahui, maka pengobatan dan perawatan dapat dilakukan secara intensif dan efektif.

Pada kasus muntah darah dengan jumlah darah yang banyak, kemungkinan akan diperlukan proses transfusi darah sebagai pertolongan pertama untuk mengganti darah yang hilang. Dalam hal ini, cairan infus mungkin juga diperlukan untuk menghidrasi tubuh.

Selanjutnya, dokter akan melakukan diagnosis penyebab muntah darah pada pasien. Kemudian, pengobatan dan perawatan medis akan disesuaikan dengan penyebab muntah darah. Jika muntah darah disebabkan oleh masalah pencernaan seperti maag, maka dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi produksi asam lambung.

Namun, dalam kasus pendarahan saluran pencernaan bagian atas yang lebih serius, dokter akan merujuk pasien ke ahli gastroenterologi untuk mendiagnosis sumber pendarahan. Dalam kasus yang lebih ekstrim, seperti perforasi lambung atau usus, operasi mungkin akan dilakukan.

Demikian informasi mengenai muntah darah, penyebab, gejala, faktor risiko dan metode pengobatannya. Semoga artikel ini bermanfaat.

Simak Video “Aduh! Saat Puasa GERD Kambuh
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)