Tag: Puluhan

Alert! WHO Laporkan Puluhan Bayi Kena Virus Mematikan, Alami Gagal Organ


Jakarta

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan puluhan bayi terinfeksi virus angka dan mematikan. Kejadian ini terjadi di wilayah Eropa dan Amerika.

WHO mengonfirmasi bahwa setidaknya 26 bayi di Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris telah terinfeksi jenis enterovirus langka, yang disebut echovirus-11.

Delapan dari bayi tersebut meninggal, dengan sebagian besar kematian dilaporkan di Prancis setelah kegagalan organ dan sepsis.

“Kasus ini dianggap tidak biasa karena kerusakan yang sangat cepat dan tingkat kematian terkait kasus di antara bayi yang terkena dampak,” tulis juru bicara WHO dalam keterangan tertulis dikutip dari NBCNews, Sabtu (8/7/2023).

Enterovirus dapat sangat memengaruhi bayi baru lahir, yang sistem kekebalannya belum cukup matang untuk melawan infeksi. Penyakit ini dapat disebarkan melalui kotoran atau dengan menghirup droplet pernapasan, dan biasanya hidup di sistem pencernaan.

Pejabat kesehatan di Inggris sebelumnya melaporkan peningkatan serupa yang tidak biasa pada miokarditis parah, atau radang jantung, di antara 10 bayi yang memiliki enterovirus lain yang disebut coxsackievirus. Setidaknya satu meninggal.

“Kebanyakan enterovirus menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada anak-anak yang mereka infeksi. Tetapi dalam proporsi kecil, kami melihat penyakit bencana yang jauh lebih signifikan,” beber Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO.

Simak Video “WHO Umumkan Berakhirnya Wabah Virus Marburg di Tanzania
[Gambas:Video 20detik]
(kna/sao)

Picu Kematian di Gunungkidul, Spora Antraks Bisa Bertahan Puluhan Tahun

Jakarta

Antraks muncul lagi di Gunungkidul, penyakit ini dipicu oleh bakteri bacillus anthracis yang bersifat fatal pada hewan, juga bisa menular ke manusia lantaran termasuk virus zoonosis.

Bahkan, antraks dikenal dengan penyakit tanah karena bisa bertahan selama puluhan tahun. Sapi yang mati tidak boleh dibedah maupun dibuka. Penanganannya harus langsung dibakar atau dikubur.

“Ketika ini dibedah, maka spora akan keluar masuk ke dalam tanah, sehingga dia akan membentuk melindungi dirinya sampai bertahan puluhan tahun,” sebut Nuryani Zaenuddin Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam konferensi pers Kamis (6/7/2023).

Antraks di Indonesia sebetulnya sudah dilaporkan sejak 1884. Setiap tahun bahkan rutin dilaporkan beberapa kasus secara sporadis atau tidak merata di berbagai wilayah. Karenanya, jika ada faktor risiko, potensi antraks terus mewabah akan selalu ada.

Mengapa Muncul Lagi di Gunungkidul?

Gunungkidul menjadi salah satu wilayah endemis antraks. Menurutnya, tidak heran jika kemudian penyebaran begitu masif hingga menginfeksi 93 orang saat tidak ada pengendalian yang dilakukan di wilayah endemis.

“Gunungkidul ini memang endemis antraks, ketika endemis tidak dilakukan secara baik, baik di tanah, lingkungan, maupun masyarakat, maka ini akan terus berlanjut kasusnya,” terang dia.

Kasus di Gunungkidul

  • Mei 2019: Menyebar di Dukuh Grogol Desa Bejiharjo Kepanewon Kecamatan Karangmojo
  • Desember 2019: Kepanewon Ponjong
  • Januari 2020: Kepanewon Ponjong
  • Januari 2022: Gedangsari
  • Januari 2023: Semanu

NEXT: Wilayah Berisiko Penularan Antraks