Tag: Salah

Sering Salah Kaprah, Dokter Gizi Ungkap Susu Oat Tak Cocok untuk Diet

Jakarta

Saat mulai menjalani program diet, kebanyakan orang akan mengganti beberapa produk yang biasa dikonsumsi dengan yang lebih sehat. Salah satu yang paling dipilih adalah oat milk atau susu oat.

Tapi, ternyata susu oat itu tidak cocok dikonsumsi untuk orang yang sedang diet. Menurut dokter spesialis gizi klinik dr Christopher Andrian, MGizi, SpGK, susu oat belum tentu membantu seseorang untuk menurunkan berat badan.

“Lihat komposisinya. Oat itu (sumbernya) karbohidrat yang mendominasi. Kalau dibikin susu, susunya tinggi akan karbohidrat,” jelas dr Christopher saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).

dr Christopher mengatakan sebagian orang yang sedang diet bahkan menambahkan susu oat dengan oat. Itu sama saja menggandakan jumlah asupan karbohidrat.

Padahal, bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan disarankan untuk membatasi jumlah karbohidrat.

“Kebayang nggak karbohidrat plus karbohidrat, sama dengan makan nasi goreng pakai nasi putih,” kata dr Christopher.

“Turun nggak berat badan? Nggak, karena karbohidratnya banyak sekali di situ,” sambungnya.

NEXT: Apa Itu Susu Oat?

Simak Video “Tips Diet ala Fadli Zon yang Berat Badannya Turun 32 Kg
[Gambas:Video 20detik]

Kenali Tanda Masokis, Salah Satu Bentuk Penyimpangan Seksual

Jakarta

Setiap orang, baik wanita maupun pria wajarnya memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan kepuasan seksual. Misalnya dengan cara yang umum seperti dipeluk, dicium, atau hubungan seksual seperti biasanya.

Namun, siapa sangka ternyata ada orang yang baru bisa merasakan kepuasan seksual dengan cara-cara kasar yang tidak lazim. Kondisi ini didapati pada orang yang mengidap masokis.

Lantas, apa itu masokis? Yuk simak artikel berikut untuk memahami dan mengenali tanda masokis pada seseorang.

Apa Itu Masokis?

Para pengidap masokis mendapatkan kepuasan dari hal-hal ekstrem atau rasa sakit. Dikutip dari American Psychological Association, masokisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kecenderungan seseorang merasakan kepuasan seksual saat menerima rasa sakit fisik ataupun emosional.

Istilah masokis berasal dari Marquis de Sade, nama dari seorang penulis Perancis abad ke-18 yang terkenal karena karyanya yang melibatkan kekerasan seksual dan fantasi sadomasokis. Masokis sendiri merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual yang dialami seseorang.

Kondisi ini dialami seseorang yang perlu mendapatkan perlakuan kasar, keras, atau hinaan dari pasangannya agar mencapai kepuasan seksual. Aktivitas ini dapat terjadi dalam bentuk pemukulan, diikat, dilecehkan, hingga dibuat menderita untuk mencapai klimaks seksual.

Salah satu bentuk perlakuan masokis yang sangat ekstrem adalah asfiksia seksual. Di mana kondisi ini membuat para pengidapnya merasa terangsang dan mendapat kepuasan seksual ketika dirinya dicekik, dijerat dengan tali, atau dibekap dengan kantong plastik.

Tidak jarang, perlakuan ini dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.

Tanda dan Penyebab Masokis

Para pengidap masokis dapat dikenali bila ia mengalami gejala seperti memiliki fantasi, keinginan, dan gairah seksual yang intens dengan cara dipukuli, disakiti, atau dilecehkan yang terjadi setidaknya selama 6 bulan.

Perilaku masokis seksual umumnya terlihat pada masa awal dewasa, bahkan terkadang dimulai dengan ‘permainan’ masokis atau sadis selama masa kanak-kanak. Ini dapat menyebabkan masalah atau kesulitan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya dalam hidup.

Jika dirangkum, berikut tanda umum masokisme yang harus kamu kenali:

  1. Fantasi seksual yang melibatkan rasa sakit atau penderitaan.
  2. Ketertarikan seksual terhadap perilaku sadis atau dominan yang melibatkan pemberian rasa sakit kepada pasangan.
  3. Menikmati atau merasa terangsang oleh praktik-praktik Bondage, Discipline, Dominance, Submission, Sadism, Masochism (BDSM) yang melibatkan penggunaan alat atau tindakan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit.
  4. Mencari stimulasi seksual melalui pengorbanan, penderitaan, atau pengendalian diri.

Kesenangan atau kepuasan yang diperoleh melalui berbagai bentuk aktivitas yang melibatkan rasa sakit, seperti pencekikan ringan, pemukulan, atau pengikatan.

Lalu, bagaimana dengan penyebab masokis? Hingga kini penyebab terjadinya perilaku masokis dalam hubungan seksual belum diketahui secara pasti.

Namun, ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa kondisi ini berkaitan dengan penyimpangan seksual (parafilia) atau fantasi seks (fetish) yang tidak terelakkan.

Teori lain menyatakan ini terjadi atas refleksi di masa kecil. Beberapa peneliti mengaitkan minat masokis dengan pengalaman masa kecil yang melibatkan rasa sakit, penghukuman, atau penindasan. Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan preferensi seksual.

Beberapa Cara Penanganan Masokis

Berikut beberapa cara umum yang dapat digunakan untuk mengatasi masokisme:

1. Psikoterapi

Mengikuti terapi individu atau terapi seksual dengan seorang profesional dapat membantu penderita yang mengalami masokisme untuk memahami dan menjelajahi faktor-faktor yang mendasari kecenderungan ini.

Terapi ini dapat membantu kamu dalam mengidentifikasi aspek-aspek psikologis, pengalaman masa kecil, dan emosi yang menjadi indikasi penyebab masokisme.

2. Konsumsi Obat-obatan

Selain terapi, dokter atau profesional menyarankan pengidapnya mengonsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya obat penurun kadar testosteron yang berfungsi meredakan libido.

Pada beberapa kasus yang menyebabkan pengidapnya merasa cemas atau depresi, dokter akan memberikan obat-obatan penenang dan antidepresan. Obat ini juga dapat diberikan untuk meredam hasrat seksual yang mengidap gangguan masokis.

Itu tadi pengertian dari masokis, serta tanda dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat ya Detikers.

Simak Video “Peluncuran I-Care JKN, Permudah Layanan Kesehatan di BPJS Kesehatan
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)