Tag: Tanda

Cek 7 Tanda Paru-paru ‘Rusak’ Akibat Paparan Polusi Udara

Jakarta

Polusi masih menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung usai. Akibat kondisi ini, Kementerian Kesehatan RI melihat adanya peningkatan kasus penyakit terkait pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, hingga pneumonia.

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr Maxi Rein Rondonuwu, untuk kasus ISPA tercatat kasusnya rata-rata mencapai 200 ribu per bulan.

“Seperti yang kita tahu, di wilayah Jabodetabek terjadi peningkatan masalah polusi udara. Dan seiring dengan itu, data kami dari surveilans penyakit menunjukkan adanya peningkatan kasus ISPA yang dilaporkan di puskesmas dan rumah sakit di Jabodetabek,” beber dr Maxi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Senin (28/8/2023).

“Rata-rata kasusnya per bulan mencapai di atas 200 ribu kasus,” sambungnya.

Dikutip dari laman Asthma and Lung UK, ada beberapa tanda yang menunjukkan paru-paru yang rusak akibat efek dari polusi. Tanda-tandanya seperti:

  • Sering batuk
  • Kesulitan bernapas
  • Bengek
  • Mengalami iritasi di hidung dan tenggorokan
  • Kesakitan saat menarik napas
  • Mudah kehabisan napas saat beraktivitas di luar ruangan
  • Mengalami serangan asma atau kambuhnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

Selaras dengan itu, spesialis paru dr Agus Dwi Susanto, SpP, juga mengatakan paparan polusi udara yang berlebihan dapat memicu terjadinya masalah pada organ paru. Untuk jangka pendek, paparan polusi bisa menyebabkan masalah pernapasan seperti batuk-batuk dan infeksi saluran napas atas.

“Kalau kita hirup polusi di Jakarta ini setiap hari, berjam-jam, risiko jangka panjang bisa muncul,” ujar dr Agus.

NEXT: Risiko Polusi pada Jantung

Tanda Awal Kecanduan Tramadol, Seserius Ini Efeknya Jika Kecanduan


Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) ikut menyoroti penyalahgunaan obat tramadol yang membuat seratusan warga di Karawang mengalami kecanduan, mulai dari anak SD hingga lansia. Tramadol sebenarnya termasuk dalam golongan obat-obat tertentu (OOT) berdasarkan peraturan BPOM Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan.

Tramadol tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Obat dengan indikasi
mengatasi nyeri ini juga memerlukan resep dokter dan tidak untuk dijual bebas.

“Efek samping penggunaan obat tersebut adalah mual dan muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk. Pada penggunaan dosis lebih besar menyebabkan depresi napas, hipotensi, dan kekakuan otot,” beber BPOM RI dalam keterangan tertulis, Minggu (13/8/2023).

“Selain itu efek samping lain yang dapat timbul adalah perasaan tidak nyaman di perut, diare, hipotensi, dan hipertensi okasional, bahkan juga terjadi dapat paraestesia, dan anafilaksis, serta kebingungan,” lanjut dia.

Jika seseorang sudah mengonsumsi tramadol dalam jangka panjang, muncul toleransi pada penggunaan tramadol dengan membutuhkan dosis lebih besar untuk menghilangkan rasa sakit dan muncul efek euforia.

Hal itu merupakan tanda awal ketergantungan fisik terhadap obat tramadol. Jika berhenti, otomatis akan mengalami gejala putus obat.

“Sehingga hal ini harus ditangani dengan tepat oleh dokter. Penanganan yang tepat dapat menghindari terjadinya efek samping jangka panjang yaitu menurunnya fungsi kognitif dan melemahnya kondisi tubuh,” pungkas BPOM.

Simak Video “Kemenkes soal Viral Kecanduan Tramadol di Karawang: Sangat Dilarang!
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Kenali Tanda Masokis, Salah Satu Bentuk Penyimpangan Seksual

Jakarta

Setiap orang, baik wanita maupun pria wajarnya memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan kepuasan seksual. Misalnya dengan cara yang umum seperti dipeluk, dicium, atau hubungan seksual seperti biasanya.

Namun, siapa sangka ternyata ada orang yang baru bisa merasakan kepuasan seksual dengan cara-cara kasar yang tidak lazim. Kondisi ini didapati pada orang yang mengidap masokis.

Lantas, apa itu masokis? Yuk simak artikel berikut untuk memahami dan mengenali tanda masokis pada seseorang.

Apa Itu Masokis?

Para pengidap masokis mendapatkan kepuasan dari hal-hal ekstrem atau rasa sakit. Dikutip dari American Psychological Association, masokisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kecenderungan seseorang merasakan kepuasan seksual saat menerima rasa sakit fisik ataupun emosional.

Istilah masokis berasal dari Marquis de Sade, nama dari seorang penulis Perancis abad ke-18 yang terkenal karena karyanya yang melibatkan kekerasan seksual dan fantasi sadomasokis. Masokis sendiri merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual yang dialami seseorang.

Kondisi ini dialami seseorang yang perlu mendapatkan perlakuan kasar, keras, atau hinaan dari pasangannya agar mencapai kepuasan seksual. Aktivitas ini dapat terjadi dalam bentuk pemukulan, diikat, dilecehkan, hingga dibuat menderita untuk mencapai klimaks seksual.

Salah satu bentuk perlakuan masokis yang sangat ekstrem adalah asfiksia seksual. Di mana kondisi ini membuat para pengidapnya merasa terangsang dan mendapat kepuasan seksual ketika dirinya dicekik, dijerat dengan tali, atau dibekap dengan kantong plastik.

Tidak jarang, perlakuan ini dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.

Tanda dan Penyebab Masokis

Para pengidap masokis dapat dikenali bila ia mengalami gejala seperti memiliki fantasi, keinginan, dan gairah seksual yang intens dengan cara dipukuli, disakiti, atau dilecehkan yang terjadi setidaknya selama 6 bulan.

Perilaku masokis seksual umumnya terlihat pada masa awal dewasa, bahkan terkadang dimulai dengan ‘permainan’ masokis atau sadis selama masa kanak-kanak. Ini dapat menyebabkan masalah atau kesulitan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya dalam hidup.

Jika dirangkum, berikut tanda umum masokisme yang harus kamu kenali:

  1. Fantasi seksual yang melibatkan rasa sakit atau penderitaan.
  2. Ketertarikan seksual terhadap perilaku sadis atau dominan yang melibatkan pemberian rasa sakit kepada pasangan.
  3. Menikmati atau merasa terangsang oleh praktik-praktik Bondage, Discipline, Dominance, Submission, Sadism, Masochism (BDSM) yang melibatkan penggunaan alat atau tindakan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit.
  4. Mencari stimulasi seksual melalui pengorbanan, penderitaan, atau pengendalian diri.

Kesenangan atau kepuasan yang diperoleh melalui berbagai bentuk aktivitas yang melibatkan rasa sakit, seperti pencekikan ringan, pemukulan, atau pengikatan.

Lalu, bagaimana dengan penyebab masokis? Hingga kini penyebab terjadinya perilaku masokis dalam hubungan seksual belum diketahui secara pasti.

Namun, ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa kondisi ini berkaitan dengan penyimpangan seksual (parafilia) atau fantasi seks (fetish) yang tidak terelakkan.

Teori lain menyatakan ini terjadi atas refleksi di masa kecil. Beberapa peneliti mengaitkan minat masokis dengan pengalaman masa kecil yang melibatkan rasa sakit, penghukuman, atau penindasan. Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan preferensi seksual.

Beberapa Cara Penanganan Masokis

Berikut beberapa cara umum yang dapat digunakan untuk mengatasi masokisme:

1. Psikoterapi

Mengikuti terapi individu atau terapi seksual dengan seorang profesional dapat membantu penderita yang mengalami masokisme untuk memahami dan menjelajahi faktor-faktor yang mendasari kecenderungan ini.

Terapi ini dapat membantu kamu dalam mengidentifikasi aspek-aspek psikologis, pengalaman masa kecil, dan emosi yang menjadi indikasi penyebab masokisme.

2. Konsumsi Obat-obatan

Selain terapi, dokter atau profesional menyarankan pengidapnya mengonsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya obat penurun kadar testosteron yang berfungsi meredakan libido.

Pada beberapa kasus yang menyebabkan pengidapnya merasa cemas atau depresi, dokter akan memberikan obat-obatan penenang dan antidepresan. Obat ini juga dapat diberikan untuk meredam hasrat seksual yang mengidap gangguan masokis.

Itu tadi pengertian dari masokis, serta tanda dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat ya Detikers.

Simak Video “Peluncuran I-Care JKN, Permudah Layanan Kesehatan di BPJS Kesehatan
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)